Mohon tunggu...
Topaz Aditia
Topaz Aditia Mohon Tunggu... Musisi - Bohemian Thinker

Pemetik Dawai Dawai Lucu | Petualang Roda Dua | Peselancar Literatur | Arsenal FC

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bau Ketek Lebih Kejam dari Ibu Tiri

22 November 2022   07:43 Diperbarui: 22 November 2022   07:58 1358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kenapa sih? Gerah tauk", ucap Igor. 

"Ketek lu bau mobil sampah Pasar Induk. Pake lagi tuh baju atau gue siram karbol! Buruan!" pungkas saya. 

Dengan wajah merengut, akhirnya dia kenakan lagi bajunya. Di momen itu pula akhirnya kami bicara tentang masalah bau badannya tersebut. Walau agak gemas, tapi saya tetap berusaha menekan ego demi menjaga suasana tetap kondusif saat memberi beberapa advis. Cerita ini ditutup dengan sebuah deodorant roll-on seharga 5000 rupiah yang saya berikan kepada dia untuk dibawanya pulang. 

Viralnya Sebuah Surat Edaran

Beberapa hari yang lalu, media-media daring ramai memberitakan tentang sebuah surat edaran mengenai bau badan yang menjadi viral media sosial. Surat edaran tersebut diterbitkan oleh Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala (USK) Aceh, Kamis (17/11/2022). Dalam surat edaran itu dijelaskan, bau badan yang dimiliki mahasiswa sangat menganggu. "Hal ini menyebabkan banyaknya keluhan dosen, terutama pada saat asistensi," demikian bunyi surat tersebut, dilansir Serambinews.com. Atas banyaknya keluhan tersebut, pihak kampus mengeluarkan surat edaran yang dilengkapi dengan panduan untuk mengurangi bau badan. (Tribunnews.com, Jumat, 18/11/2022) 

Ketiak Tak Pandang Bulu

Pada dasarnya kita semua tak luput pernah menjadi "korban" dari polusi organik ini. Terutama bagi mereka yang sering menggunakan kendaraan umum sebagai moda transportasi harian. Mungkin terkesan agak pesimis tapi, sepertinya problematika ini akan sangat sulit dicari jalan keluarnya. Karena sebagian besar penderitanya tidak menyadari bahwa dirinya memiliki masalah dengan bau badan. Sedangkan sebagian lainnya memilih untuk tidak mengaku atau bahkan, menolak kenyataan. Lagipula, siapa sih yang cukup berjiwa besar mengakui bahwa dirinya "bau ketek"? Sepertinya agak mustahil. 

Lalu, apakah kita harus berdiam diri menerimanya? Tentu saja tidak. Karena salah satu hikmah yang bisa dipetik sejak era pandemi Covid-19 adalah: masker pelindung. Penggunaan masker yang sifatnya mandatory di tempat-tempat umum seolah menjadi berkah tersendiri untuk kita semua. Selain memproteksi diri dari terjangkit virus-virus yang bertebaran di udara, sekaligus juga melindungi kita dari serangan bombardir aroma ketiak-ketiak yang tak berperikemanusiaan. Dengan kata lain, blessing in disguise. 

(Artikel ini dapat disimak juga di Kompasiana) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun