Jaques Specx, seorang pejabat VOC keturunan Belanda, memutuskan untuk meninggalkan Pulau Hirado, Jepang, untuk berlayar menuju Batavia. Ia membawa serta putrinya Sara, hasil hubungan dengan gundiknya yang berdarah Jepang.Â
Batavia, 1629
Specx (*) harus kembali ke Belanda untuk memenuhi undangan Heeren Zeventien (atau lebih dikenal sebagai "Dewan 17"), sebutan untuk para direktur VOC yang beranggotakan tujuh belas orang. Ia menitipkan Sara (*) kepada sahabatnya sang Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia kala itu, Jaan Pieterzoon Coen (*). Sejak itu Sara tinggal bersama kedua orang tua angkatnya Jaan P. Coen dan istrinya Eva Ment.
Het Schandaal
Kecantikan Sara (atau "Sartjee") yang merupakan perpaduan Barat dan Timur menjadi buah bibir para calon perwira muda VOC. Salah satu yang tergila-gila padanya adalah Pieter J. Cortenhoeff, seorang prajurit muda penjaga kastil (de vaandrig van de kasteelwacht) yang memiliki paras rupawan. Sara dan Pieter menjalin percintaan secara diam-diam tanpa sepengetahuan Coen. Sampai suatu ketika, orang kepercayaan Coen mendapati Sara dan Pieter in flagrante delicto (tertangkap basah) alias bermesraan di salah satu ruang Het Kasteel van Batavia.Â
Coen, seorang Kristen beraliran Calvinis yang fanatik, mendengar informasi itu tentu saja langsung berang. Apalagi rekam jejaknya sebagai sosok yang jadi teladan masyarakat Eropa di Batavia tercoreng. Selain terkenal sebagai seseorang yang berperawakan tinggi besar, Coen juga dikenal reputasinya sebagai orang yang teguh memerangi sifat-sifat buruk dan perilaku bejat dari kaum kompeni.
Kemarahan Coen
Begitu marah dan malunya Coen terhadap kejadian tersebut, ia memerintahkan anak buahnya untuk menyiapkan dua tiang gantungan sekaligus di depan Stadhuisplein (sekarang Gedung Museum Fatahillah Jakarta). Namun, Pengadilan Batavia (Raad van Justitie) dan para pendeta akhirnya sepakat bahwa hukuman skandal tersebut harus diadili dan diputuskan lewat meja pengadilan. Sara divonis hukuman cambuk dan Pieter dijatuhi hukuman pancung.Â
Stadhuisplein, 6 Juni 1629
Keduanya dieksekusi tepat di depan halaman Stadhuisplein. Si pemuda dipancung. Sementara sang gadis dihukum dengan cara diseret ke arah pintu gerbang untuk menyaksikan proses hukuman kekasihnya. Sebelum diseret, pakaian Sara dilucuti. Tak ada yang mempedulikan jeritan pilu Sara. Para algojo mulai menghujani anak dari sahabat Coen itu dengan cambukan berkali-kali.
Pieter, sebelum dipancung, wajahnya sempat dicoreti dengan arang oleh algojo sebagai penanda bagi pelaku pencabulan. Setelah pemancungan, kepala Pieter yang bergelinding di tanah menjadi tontonan yang disaksikan ratusan orang. Mereka yang kemudian melihat bagian wajah, terutama bagian hidung, seketika mengeluarkan kata-kata "hidung belang".
* 'Jaan Coen' (atau "Tuan Jangkung" dalam pelafalan lidah para warga suku Betawi saat itu) yang diambil dari nama lengkap Jaan Pieterzoon Coen adalah inspirasi dari istilah "Jangkung" (bertubuh tinggi). Wafat di Batavia pada 21 September 1629. Jaques Specx menggantikan posisinya sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
* Sara Specx kemudian menikah dengan pendeta Georgius Candidius pada Mei 1632. Ia bersama suaminya menetap di Formosa (sekarang Taiwan) sampai akhir hayatnya.
Sumber Referensi:
Sara Specx (Satoe Kedjadian jang betoel di Betawi di djeman Pamerentahannja Jan Pieterszoon Coen dalam taon 1629)- Tjoa Piet Bak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H