Mohon tunggu...
Topaz Aditia
Topaz Aditia Mohon Tunggu... Musisi - Bohemian Thinker

Pemetik Dawai Dawai Lucu | Petualang Roda Dua | Peselancar Literatur | Arsenal FC

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Playing Victim: Drama Komedi dari "Si Paling Tersakiti"

27 Oktober 2022   16:49 Diperbarui: 27 Oktober 2022   16:55 1368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika mereka mulai meninggalkanmu satu-persatu... 

dan kamu menyebutnya sebagai "seleksi alam"... 

maka ketahuilah bahwa dirimu memang benar adanya... 

Karena alam telah menjauhkan mereka semua... 

Agar dirimu bisa lebih dekat lagi dengan egomu sendiri... 

Playing victim atau victim mentality adalah sebuah konklusi dari gagasan tentang perilaku mentalitas seseorang yang selalu mengidentifikasi dirinya sebagai korban. Para pelaku playing victim ini cenderung menghindar dari tanggung jawab atas segala kesalahan dari keputusannya sendiri. Secara sederhana, playing victim adalah sebuah perwujudan tabiat dalam melempar kesalahan yang dilakukannya kepada orang lain.

Perilaku tersebut seringkali merugikan orang lain di dalam lingkaran kehidupan sosialnya. Namun, terkadang seseorang yang melakukan playing victim tidak menyadari (atau bahkan denying) bahwa apa telah dilakukannya telah merugikan orang lain. Kaum playing victim ini selalu punya alasan untuk menyalahkan orang lain dan menghindari tanggung jawab. Berikut ini adalah ciri-ciri umumnya:

1. Mereka menyalahkan orang lain atas keputusannya sendiri, atau jika mereka tidak berhasil mencapai suatu tujuan.

2. Bentuk dari segala topik percakapan cenderung berpusat pada diri mereka dan masalah mereka.

3. Manipulatif. Selalu berfokus pada masalah. Bukan pada pencarian solusi. 

4. Sulit mengakui keberhasilan orang lain

5. Bila ada orang lain yang lebih sukses, mereka cenderung menuding orang tersebut memiliki privilege sebagai kunci untuk menuju kesuksesan.

6. Selalu memiliki waktu dan energi dalam hal memantau orang lain untuk dicari celah kesalahannya. 

7. Menghindari tanggung jawab atas kesalahannya. 

8. Berusaha mencitrakan dirinya sebagai seseorang yang arif dan bijaksana. Bahkan terkadang membawa serta unsur agama di dalam pesan-pesannya. 

Dilansir dari Life Hack, Vicky Botnick, seorang terapis mental dari California menjelaskan bahwa mereka yang memiliki victim mentality atau playing victim sangatlah sulit untuk dipercaya omongannya. Dia mengatakan bahwa perilaku ini sebenarnya adalah indikator dari seseorang yang mengidap narcissistic personality disorder.

Catatan dari penulis:

Solusi terbaik dalam menghadapi orang yang punya kecenderungan playing victim adalah, dengan menjadikan mereka sebagai inspirasi dari materi komedi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun