Manusia mana yang menolak matahari
Apa lagi menjadi pemimpin sebuah negeri
Di kampungku saja orang rela mengantri
Demi memperebutkan satu buah kursi
Juga menjadi seorang pegawai negeri
Hingga karyawan serta karyawati
Atau bahkan menjadi seorang TKI
Walau tak sedikit tersandung kasus Korupsi
Bahkan hingga terjerat hukuman mati
Manusia mana yang menolak berbakti
Apa lagi menjadi setengah dewa yang suci
Di tempatku saja banyak yang seperti ini
Demi mengabdi rela menghambakan diri
Juga menyerahkan kepala di sana kaki di sini
Hingga menjadi tumbal politik dagang sapi
Atau ia memang gemar membuat sensasi
Walau hanya menjadi boneka rezim transisi
Bahkan jadi santapan hiu samudera tak bertepi
Manusia mana yang tak bisa bernyanyi
Apa lagi hanya sekedar membaca puisi
Di negara demokrasi itu bagian hak asasi
Demi mimpi reformasi atau restorasi
Juga demi cita-cita luhur bangsa sendiri
Hingga nanti akan selalu indah bersemi
Walau hati kadang tiada secerah matahari
Bahkan kicauan burung terasa semakin sunyi
***
Topan Wahyudi Asri,
Akar Rumput – Kalimantan Barat.
Indonesia (2014)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H