Terjadilah “kontaminasi” pada alam pikiran kristen2 awal tersebut.
Dan sayangnya, kepercayaan atau interpretasi yang salah itu kemudian diwariskan turun temurun ke kristen2 selanjutnya.
Hades yang bermakna alam berikutnya setelah kematian, yang adalah pengganti kata Ibrani Sheol, yang adalah alam ke manasemua orang, entah itu orang baik atau orang jahat akan masuk setelah kematian, alias alam netral, menjadi bermakna tempat penyiksaan.
Padahal, tak ada satupun dari 10 ayat di Kitab PB itu maupun kata Sheol di Perjanjian Lama yang bermakna suatu tempat penyiksaan.
Karena tercampur dengan mitlhologi Yunani dan Romawi Kuno perihal Hades, kemudian lahirlah pemaknaan Hades di kitab PB sebagai suatu tempat penyiksaan.
Neraka adalah sebuah kepastian, yakni state of being, kondisi bathin, keadaan roh si manusia itu sendiri. Suatu kepastian namun bukan sebagaimana dongeng yang biasa diberikan melalui kesaksian2.
Apakah kesaksian2 itu lantas salah ?
Saya tidak menyatakan demikian, kesaksian itu tidak salah, namun dalam pemahaman saya, kesaksian itu ibarat dongeng.
Dari dongeng yang harus diambil adalah moral of the storynya. Dan moral of the storynya adalah tabur-tuai. Yakni apa yang dilakukan maka itulah yang didapatkan.
Tersiksa atau terhukumnya manusia adalah akibat perbuatannya sendiri.
Neraka adalah ketika manusia hidup dalam kedagingan, ketika manusia egois, ketika manusia melekat pada keinginan2 egoistisnya. Neraka adalah sebagaimana yang diuraiakan Paulus di Gal 5:18-21 sbb :
Gal 5:19 Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,5:20 penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,5:21 kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.