Mohon tunggu...
Topan Bagaskara
Topan Bagaskara Mohon Tunggu... Lainnya - Pemikir. Penyair. Pendaki Gunung.

Kita punya kehendak untuk hidup dan bercerita. Kehendak tidak dapat dipasung oleh keadaan atau kekuatan apapun. Berkehendaklah! Berdaulatlah! sejak dalam pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Komedi Absurd, Indonesia

2 April 2024   16:05 Diperbarui: 2 April 2024   16:06 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita merasakan bahwa betapa korupnya para pejabat sampai hari ini, ditambah melihat tidak jelasnya lagi pola hidup parta-partai, yang hanya dalam pikirannya adalah rebut-merebut kursi. Indonesia sedang memasuki sebuah masa, dimana rakyat yang memiliki hak penuh untuk memilih dan tidak untuk memilih akan sama-sama menggunjing bahkan penurunan statistik kepercayaan kepada para pelaksana dalam sistem pemerintahan.

Pada tahun ini, Indonesia digemparkan pada fenomena  unik,  peristiwa badut-badut yang datang melamar kerja ke partai-partai, mereka bermodal nekat untuk ikut serta menjadi calon rakyat, bayangkan!. Indonesia sampai saat ini sedang membutuhkan ide untuk kesejahteraan 25 tahun kedepan, tidak butuh hiburan yang bersifat temporer. Saya melihat yang sering dihadirkan para badut ini ialah kata-kata bijak dari tokoh-tokoh, atau kerapkali narasi-narasi receh yang tidak ada relevansi untuk kesejahteraan bangsa. Artinya mereka defisit gagasan dan ide.

Saya khawatir akan ada peristiwa 17 Oktober 1952 jilid 2 yang akan terjadi segera. Tetapi saya menganggap siapa pun bisa melihat dan merasakan, publik saat ini melakoni hidupnya dengan harapan-harapan yang retak kepada keadaan sistem Indonesia hari ini.

Saramago, seorang novelis sekaligus pemenang Nobel pernah mengecam "Pemilihan umum telah menjadi representasi komedi absurd, yang memalukan".

salah satu jalan yang masih terdedah adalah selalu dengan teguh mengembalikan politik berlandasan akal budi sebagai perjuangan. Anak-anak generasi hari ini secara kesadaran harus dilibatkan dalam pola gerak politik yang sehat. Indonesia butuh dikuasai oleh generasi yang memiliki intelektual yang cerdas; konsen pada etikabilitas ketimbang elektabilitas; dan moral clarity yang faseh. Sehingga kita akan mampu menghidupkan harapan bahwa Indonesia sedang menuju pada kewarasan kemajuan.

Dalam pergerakannya, selalu diperlukan keluwesan untuk menentukan metode, boleh mnempuh jalur perundang-undangan atau justru melawan perundang-undangan, baik melalui partai atau bahkan melawan partai. Karena untuk merancang peradaban yang adiwarna, diantaranya kita harus selalu membiarkan hati dan pikiran untuk didesak oleh panggilan akan keadilan yang kelihatannya tak akan pernah membisu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun