Mengingat peran pentingnya dalam kemajuan dan perkembangan suatu bangsa maka mahasiswa dianggap sebagai agen perubahan yang sangat berarti. Mahasiswa dipandang oleh berbagai kalangan sebagai calon intelektual muda yang memiliki potensi besar untuk menjadi pendorong utama dalam transformasi sosial, ekonomi, dan politik.
Sejarah panjang Indonesia menunjukkan bahwa peran mahasiswa tidak hanya terbatas sebagai agen perubahan saja. Tetapi telah sejak lama bertransformasi yang membuat mahasiswa telah menjadi bagian integral dalam dinamika sosial masyarakat. Ditengah-tengah semangat idealisme, kreativitas, dan keberanian maka mahasiswa secara konsisten berada di garis depan dalam menggugah kesadaran kolektif, mengkritisi ketidakadilan, serta mendorong perubahan positif dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Melalui partisipasi dalam gerakan sosial, advokasi hak asasi manusia, dan pembaharuan politik membuat mahasiswa telah membuktikan diri sebagai kekuatan yang tak bisa diabaikan dalam pembentukan opini publik sampai pengambilan keputusan di Indonesia. Tidak hanya itu mahasiswa juga secara konsisten mengangkat isu-isu penting seperti keadilan, keterbukaan, dan keberlanjutan lingkungan yang menjadi pusat perhatian masyarakat.
Bahkan mahasiswa secara aktif menggerakan diskusi publik yang akan memengaruhi arah kebijakan pemerintah. Pada akhirnya peran mahasiswa sangat signifikan dalam meningkatkan kesadaran serta membangun ketahanan sosial di berbagai lapisan masyarakat Indonesia.
Mahasiswa juga menunjukan dedikasi dalam meraih prestasi akademis yang tinggi terlihat dalam Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). IPK merupakan parameter yang mencerminkan pencapaian belajar mahasiswa dari awal hingga akhir studi di perguruan tinggi. Dilihat dari konteks Indonesia maka IPK menjadi salah satu penilaian terhadap kualitas pendidikan tinggi sampai prestasi akademis mahasiswa.
Menurut data yang dimiliki Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) di tahun 2022 secara rata-rata IPK sarjana Indonesia berada di angka 3,33. Data tersebut mencakup berbagai program studi dari perguruan tinggi negeri maupun swasta di seluruh Indonesia. Angka pada IPK menunukan bahwa mahasiswa tidak hanya aktif dalam agenda sosial sampai politik saja tetapi juga memberikan perhatian serius terhadap pencapaian akademis.
Tidak hanya itu mahasiwa juga secara perlahan-lahan namun pasti mengadopsi berbagai strategi untuk tetap relevan dalam perubahan dunia industri. Salah satu cara yang dilakukan melalui partisipasi akan berbagai perlombaan yang diadakan oleh berbagai pihak industri terkait.
Perlombaan yang diikuti tidak hanya memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan pengetahuan secara teoritis yang disimulasikan pada dunia industri. Tidak hanya itu saja dengan mengikuti berbagai lomba akan memperluas jaringan profesional sampai mendapatkan wawasan langsung tentang perkembangan terbaru dalam dunia industri.
Pada akhirnya mahasiswa tidak hanya memperkaya pengalaman di dalam kelas saja tetapi juga akan benar-benar siap menjadi tenaga kerja yang kompeten serta berdaya saing tinggi dalam dunia industri yang semakin kompleks dan berubah-ubah.
Contoh nyata mahasiswa yang turut mengikuti berbagai perlombaan dilakukan oleh mahasiswa yang berasal dari ISI Solo. Para mahasiswa tersebut mengikuti kompetisi berupa Film Pendek Kartu Prakerja yang dimulai sejak 27 Februari 2022. Dalam kompetisi tersebut mengangkat tema yang sangat menginspirasi masyarakat berupa "Dari Yang Tidak Bisa Menjadi Bisa".
Pada kompetisi tersebut secara total mendapatkan 654 ide cerita yang diusulkan oleh berbagai kalangan. Sekian banyak ide cerita tersebut membuat pihak panitia melakukan seleksi sangat ketat untuk mencari terbaik dari yang terbaik. Hasil dari seleksi yang sangat ketat tersebut didapatkan 10 ide cerita terpilih untuk mendapatkan pendampingan intensif oleh mentor profesional di bidang perfilman. Selain itu 10 ide cerita terpilih juga mendapatkan dana hibah untuk melaksankan produksi dengan biaya Rp 30 juta.
Pengumuman kompetisi tersebut dilaksanakan dalam acara Temu Raya Kartu Prakerja yang diselenggarakan di Sentul International Convention Centre, Bogor. Secara spesifik akan waktu acara pengumuman dilaksanakan pada 17 Juni 2022 yang lalu. Dalam acara tersebut juga dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan yang turut hadir secara langsung.
Penghargaan yang dilaksanakan tersebut juga turut hadir tokoh penting bagi Indonesia yaitu Presiden Indonesia yang dipegang oleh Ir. Joko Widodo. Adanya tokoh penting tersebut memiliki tujuan untuk memberikan penghargaan secara simbolis bagi 10 ide cerita terbaik dalam kompetisi tersebut. Selain itu kehadiran tokoh tersebut juga menunjukkan dukungan yang kuat dari pemerintah terhadap upaya pengembangan kreativitas dan keterampilan mahasiswa untuk membuat karya terbaiknya.
Karya yang dihasilkan oleh para mahasiswa yang berasal dari ISI Solo memiliki judul film berupa "Laku". Film tersebut mengisahkan seseorang tokoh yang memiliki nama Pras. Tokoh tersebut digambarkan sebagai seseorang yang baru saja selesai ikut pelatihan sehingga sangat optimistik untuk mampu dalam menuruti permintaan dari Roro. Tokoh yang bernama Roro merupakan kekasih hati dari tokoh Pras pada film tersebut.
Dimana tokoh Roro tersebut memiliki keinginan untuk dapat dilamar ketika mereka berdua sedang berkunjung ke Candi Prambanan. Namun nyatanya tokoh Pras tidak kunjung mendapatkan pekerjaan serta sangat sulit untuk menuruti keinginan dari Roro. Melalui kisah yang diangkat pada film tersebut mencerminkan realitas yang sering diharapai oleh banyak sekali lulusan baru (fresh graduate). Para fresh graduate yang memiliki keoptimisan tinggi bertemu dengan tantangan yang berat dalam mencari pekerjaan sesuai dengan kualifikasi dan harapannya.
Pengaruh musik sampai suara juga turut membentuk atmosfer dalam film yang dibuat memiliki peran yang krusial dalam menyampaikan pesan sampai emosi kepada penonton. Ditinjau dalam konteks film berjudul "Laku" maka penggunaan musik sampai suara telah diimplementasikan untuk membangun atmosfer yang tepat serta memperkuat emosi karakter yang menjadi subjek pada film.
Misalnya saja dilihat dari penggunaan alunan musik yang dramatis sampai efek suara dalam setiap adegan memengaruhi persepsi sampai respon penonton terhadap alur cerita yang disampaikan. Hal tersebut akan meningkatkan pengalaman penonton serta mendukung narasi film secara keseluruhan. Pada akhirnya akan menambah kedalaman sampai kompleksitas pada interpretasi pesan yang ingin disampaikan oleh pembuat film.
Melalui film tersebut juga mampu menyajikan narasi yang tidak hanya menghibur semata tetapi juga memberikan refleksi mendalam tentang situasi sosial dan ekonomi yang diharapkan oleh banyak masyarakat Indonesia. Apalagi dalam film tersebut mengangkat tema mengenai perjuangan seseorang dalam mencari pekerjaan serta memenuhi harapan akan orang yang dicintainya.
Sehingga pada film berjudul "Laku" akan memberikan sudut pandangan baru yang bisa menginspirasi sampai memberikan pemahaman yang kompleks bagi penonton dalam menjalani kehidupan di era modern. Karya ini juga menunjukkan bahwa mahasiswa tidak hanya memiliki potensi kreatif yang besar tetapi juga mampu menjadi agen perubahan sosial melalui medium seni seperti film.
Penggunaan akan hal-hal yang terkait dengan pencahayaan dilakukan secara kreatif sehingga membantu menciptakan atmosfer yang disesuaikan dengan perkembangan emosi tokohnya. Misalnya pada adegan-adegan yang cenderung romantis antara Pras dan Roro yang berada di lokasi Candi Prambanan maka pencahayaan sangatlah lembut dan hangat mencerahkan wajah para tokoh. Hasilnya akan menciptakan aura keintiman sampai kehangatan yang disuguhkan kepada para penonton.
Sebaliknya ketika ada adegan-adegan dimana Pras mengalami keputusasaan karena kesulitan mendapatkan pekerjaan cahaya yang ditampilkan lebih keras dan kontras untuk menyoroti ekspresi wajah yang gelap dan konflik batin mendalam. Melalui permainan cahaya yang digunakan dalam film telah berhasil mengkomunikasikan secara visual atas berbagai nuansa emosi yang mendalam bagi tokoh serta memperdalam pengalaman penonton untuk memahami perjalanan alur ceritanya.
Komposisi framing yang digunakan pada film tersebut juga dipilih secara cermat untuk meningkatkan daya tarik visual yang diberikan. Penggunaan teknik framing seperti rule of thirds terlihat dalam pengaturan adegan di sekitar Candi Prambanan. Hal tersebut dapat dilihat dari tokoh utama yang ditempatkan dengan dengan proporsi yang seimbang memberikan kesan harmonis yang estetik.
Selain itu leading line juga digunakan secara baik yang mengarahkan pandangan penonton ke fokus utama dalam adegan seperti ketika Pras berjalan melalui lorong candi yang menjadikan perjalanan emosional menjadi lebih dalam. Melalui berbagai komposisi framing yang contohnya dipaparkan diatas membuat film tersebut mampu menambahkan lapisan keindahan visual yang memperdalam pengalaman sinematik ketika ditonton.
Film tersebut diproduksi oleh mahasiswa Prodi Film dan Televisi ISI Solo yang berkolaborasi dengan beberapa mahasiswa lintas program studi tetapi bergabung dalam komunitas Lembah Manah. Secara jelas mahasiswa yang terlibat dalam produksi film seperti Yosua Putra Wisena (Prodi FTV 2017) sebagai Produser, Riza Budi Utomo (Prodi FTV 2009/Alumni) sebagai Sutradara, dan Daniel Andhika Morgana (Prodi FTV 2018) sebagai Penulis Naskah. Selain itu juga ada mahasiswa lainnya yang bernama Wiwit Pujiana (Prodi Seni Tari 2018), Gutami Hayu Pangastuti (Prodi Karawitan 2017), dan Vidyantoro Giri (Prodi Seni Rupa Murni 2017) yang ketiganya berperan dalam film tersebut. Kolaborasi yang dihasilkan pada lintas program studi telah berhasil menciptakan karya seni yang holistik dan berdampak. Hal tersebut juga mencerminkan semangat kolaboratif dan inklusifitas di antara mahasiswa yang tidak hanya terbatas pada bidang studi masing-masing tetapi membuka diri untuk berkarya secara bersama-sama dalam lintas disiplin ilmu.
Meskipun sulit untuk menonton film pendek berjudul “Laku” tetapi penulis secara tak terduga mendapatkan akses untuk menikmatinya meskipun lupa di mana menontonnya. Pengalaman menontonnya tetap memberikan kesan yang mendalam dan memikat yang memperkaya pengalaman sinematik penulis.
Dengan tema yang kuat mengenai dinamika percintaan ditambah dengan aspirasi karir di kalangan generasi muda serta penggunaan elemen visual yang cerdas seperti pencahayaan sampai komposisi framing membuat film berjudul "Laku" berhasil menjadi sebuah karya yang menginspirasi dan memukai.
Cerita yang disampaikan sangatlah mendalam dengan pengaruh visual yang kuat membuat film tersebut tidak hanya memperkaya pemahaman penonton mengenai kompleksitas hubungan manusia. Tetapi juga telah mampu menghadirkan pengalaman sinematik yang memikat ketika ditonton. Pada akhirnya film dengan judul "Laku" bukan hanya sekadar film sebagai hiburan saja tetapi menjadi karya seni yang mengundang penonton untuk merenungkan perjalanan hidupnya serta menjadi aspirasi dalam kehidupannya.
Melalui film yang dihasilkan oleh mahasiswa serta mendapatkan penghargaan secara nasional menandakan kualitas mahasiwa dalam menghasilkan karya bisa bersaing atas kualitasnya. Dengan karya yang dibuat oleh para mahasiswa akan menjadi penopang dalam merealisasikan visi Indonesia Emas 2045 yang akan terjadi sebentar lagi. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi anda para pembaca. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H