Setiap orang pastinya memiliki sebuah cita-cita yang ingin direalisasikan dalam menjalani kehidupan. Ada yang mau menjadi pramugari, ilmuan, dan masih banyak lagi. Walaupun kini zaman telah berganti cukup panjang memberikan sebuah dampak yaitu akan cita-cita. Kini mulai cita-cita yang terdengar pada zaman dahulu mulai digantikan akan pekerjaan yang baru lahir. Salah satu contoh antara lain sebagai blogger sampai youtuber yang dikenal oleh masyarakat dengan sebuah nama keren yaitu influencer.
Tetapi bagi diri ku cita-cita pekerjaan di masa depan yaitu menjadi pramugari. Ya, pramugari merupakan pekerjaan masa depan ku?. Tetapi cita-cita tersebut kini harus kandas bukan di tengah jalan tetapi di awal perjalanan. Alasannya cukup cemen (mudah) tetapi memberikan dampak yang besar yaitu karena tinggi badan. Sudah sangat umum bahwa menjadi pramugari ada sebuah persyaratan akan tinggi badan tertentu. Setelah di cek tinggi badan ku nyatanya tidak sampai sesuai persyaratan yang membuat sebelum berjalan sudah pupus dahulu.
Tidak hanya itu dari sisi keluarga khususnya orang tua ternyata tidak mengijinkan. Berdasarkan apa yang telah dilihat menurut sudut pandangnya memaparkan abhwa pramugari merupakan pekerjaan yang cukup berbahaya. Hal tersebut dapat terlihat dari cukup banyaknya akhir-akhir ini berita mengenai kecelakaan pesawat yang ditayankan pada berbagai macam media. Sehingga menurut mereka pekerjaan tersebut tidak bisa diambil oleh diri ku ini. Sebelum memaparkan lebih jauh akan cerita pengalaman ku tersebut, alangkah lebih baik diri ku ini memperkenalkan diri.
Ahhh, sebenarnya aku malas sekali untuk memperkenalkan diri tetapi.... baiklah. Ya, perkenalkan nama ku Kartini. Apakah kalian para pembaca mempercayai nama ku tersebut?. Pastinya dari kalian ada yang tidak percaya di awal-awal. Jika hal tersebut benar terjadi maka sama, diri ku ini juga awalnya tidak percaya akan nama tersebut. Tetapi setelah agak dewasa serta ditunjukan akan akta kelahiran nyatanya benar nama ku tersebut.
"Kartini Aulia" panggil seseorang wanita cukup tua sambil menatap secara ragu-ragu. Setiap orang memanggil nama tersebut diri ku ini selalu malu. Tetapi karena ini dipanggil karena berurusan akan pekerjaan maka aku hanya merespon dengan anggukan saja. "Lulusan universitas ternama yah, tapi hebat mau kerja ditempat ini" papar wanita tersebut "Apakah benar-benar sudah yakin?" tanya kembali. Tentu saja jawaban ku mengangguk dan berkata "Ini merupakan pekerjaan yang sangat mulia sehingga cocok dengan diri saya" dibarengi dengan nama menyakinkan bercampur semangat membara.
Pekerjaan yang diambil oleh diri ku ini menjadi guru di sebuah Sekolah Dasar (SD) di desa yang cukup terpencil. Pekerjaan ini pastinya sudah sangat ditolak oleh anak-anak muda zaman kini tetapi tidak bagi ku. Setelah mendengar diterima maka langsung diri ku ini kerumah untuk mempersiapkan semuanya dengan sangat baik agar lancar di hari besoknya.
"Kartini" panggilan ibu untuk menanyakan mau makan apa di malam itu. Ketika mendengar panggilan tersebut cukup kesal. "Atuh, Bu jangan menggunakan nama itu cukup panggil saja Aulia saja" sambil dibarengi memutar bola mata. Setelah itu barulah diri ku ini memaparkan akan makan apa untuk malam tersebut.
Saat di sekolah secara terus menerus aku menarik rok yang sempit tersebut untuk dibenarkan. Pastinya ketika membenarkan rok tersebut tidak dilakukan dengan benar tetapi hanya sebagai pelarian saja karena gugup. Akhirnya diri ku ini diberikan petunjuk untuk ke kelas 5 dan mengajar disana. Sepanjang langkah ke kelas tersebut sudah pasti sangatlah gugup dan selalu menujukan kegugupan. Saking gugupnya berjalan pun sempoyongan seperti tidak kuat berjalanan. Hal yang lebih menyakitkan lagi ketika sedang memperkenalkan diri balasan para murid tersebut cukup membuat kaget. Dimana para murid tersebut tertawa terbahak-bahak beberapa menit. Hal tersebut membuat marah diri ku ini tetapi aku hanya bisa diam karena tidak mau membuat suasana kelas canggung.
Setelah hari pertama tersebut kini sudah cukup beberapa hari dilewati tetapi rasanya seperti sudah melewati berabad-abad yang lalu. Bisa dikatakan para murid ini sangatlah sulit diatur. Sehingga tidak jarang aku sebagai guru memarahi mereka agar mau menurut kepada perintah ku tersebut. Tetapi pada kenyataan bukan nurut yang diterima tetapi banyak sekali membangkang sampai ejekan dari para murid tersebut yang diberikan kepada ku.