Setiap pagi wanita yang sudah berumur tersebut akan selalu mendatangi pundi-pundi uang untuk kehidupan sehari-hari melalui gerobak sampah yang dibawanya. Walaupun saat sedang melangkah harus terpincang-pincah atau sakit karena kaki yang menarik gerobak tersebut. Sendal jepit, baju, sampai celana yang digunakan sudah pudar akan warnanya. Warnanya yang pudar tersebut karena kemakan usia atau terlalu banyak debu yang bersarang tidak dapat diketahui pasti akan hal tersebut.
Ketika sedang menarik gerobak di jalanan terkadang banyak pengguna jalan lainnya khususnya yang menggunakan moda transportasi terganggu. Hal tersebut karena jalan gerobak yang lambat membuat banyak sekali pengguna jalan lainnya yang menjadi melambat. Padahal saat itu banyak orang-orang yang sedang buru-buru untuk sampai tepat waktu ke lokasi yang diinginkan. Kemacetan tambah parah saat pagi hari tersebut sedang dilaksanakan sebuah hari peringatan untuk perempuan Indonesia yang saat malam hari Si Tini merupakan cucunya membaca sebuah berita sambil bertanya.
"Saat tanggal 21 April mengapa banyak perempuan menggunakan kebaya?" sambil bertanya kepada neneknya tersebut.
"Ya, karena saat itu pasti ada sebuah hari yang sangat penting bagi kaum perempuan Indonesia" jawab nenek kepada Si Tini tanpa memaparkan lebih dalam akan pertanyaan tersebut. Respon dari Si Tini pun tidak ada pertanyaan lanjutan sehingga dianggap jawaban yang diberikan cukup memuaskan.
Harus diakui bahwa di Indonesia saat 21 April para kaum perempuan akan selalu memperingati akan sebuah sosok yang sangat menginspirasi bernama Kartini. Biasanya inforasi tersebut diberikan saat seseorang sedang menginjak status sebagai pelajar saat berada di bangku sekolah. Tetapi karena di dalam keluarga tersebut banyak yang tidak merasakan status pelajar tersebut membuat setiap orang tidak mengetahui akan informasi tersebut.
Apalagi sepanjang harinya keluarga tersebut disibukan oleh mencari pundi-pundi uang melalui gerobak sampah yang dijalaninnya. Sehingga ketika berada di beberapa tempat ada sebuah benda berharga maka akan langsung diangkut ke dalam perut gerobak tersebut agar mendapatkan uang jika dijual ke pengepul. Itulah keseharian yang dilakukan oleh setiap anggota keluarga tersebut sepanjang menjalani kehidupan sehari-hari.
Tetapi di salah satu anggota keluarga dalam hal ini bernama Tini merupakan cucu yang memiliki kegiatan membaca. Ada banyak sekali bacaan yang dibaca dari mulai koran, novel, sampai hal lainnya dibaca semua. Supaya informasi yang dipaparkan dalam media baca tersebut tidak lupa maka Tini biasanya membacanya dengan suara yang keras. Oleh karena itu terkadang anggota keluarga lainnya juga mendapatkan informasi yang dibaca Tini. Salah satu bacaan yang dibaca Tini merupakan sebuah buku dari karangan seseorang yang berpengaruh pada perempuan Indonesia yaitu R.A Kartini dengan bukunya berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang.
Dengan sangat kompleksnya pemahaman akan buku tersebut menurut pandangan dari nenek membuat ia selalu menghindar akan arti dari buku tersebut. Jalan keluar yang biasa dilakukan yaitu kembali melakukan pekerjaan normal dengan menggunakan gerobak sampai menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPU) untuk mencari barang berharga untuk di jual.
Akibat setelah sekian lama melakukan pekerjaan tersebut terkadang keluarga tersebut sudah mengetahui akan asal dari sampai tersebut khususnya sang nenek. Ketika menemukan sampah berisikan bungkus seperti donat, pizza, dan sejenis lainnya biasanya berasal dari orang yang mampu. Tentunya makanan dan minuman tersebut belum pernah sekalipun nenek dan anggota keluarganya merasakan seperti apa rasanya. Sedangkan di sisi lainnya jika sampah yang dihasilkan berasal dari sisa batang kangkung atau kulit terong yang dibungkus menggunakan kresek.
Dengan kondisi saat ini nenek dan anggota keluarga lainnya tidak pernah iri sedikit pun dengan orang lain. Walaupun dibeberapa waktu sempat terlintas akan sebuah pemikiran akan pertanyaan kepada sang pencipta akan mengapa ada orang-orang mampu dan sebaliknya. Tetapi jika dilihat secara benang merahnya nenek dan anggota keluarga lainnya tersebut tidak pernah sedikit pun protes akan kondisinya. Bahkan jika dilihat dalam menjalani kehidupan sehari-hari nenek sampai anggota keluarga tersebut selalu semangat dalam mencari rezeki untuk memenuhi kehidupannya sehari-hari.