Adaptasi, itulah merupakan kata yang harus selalu dipegang oleh setiap orang didalam menjalani kehidupan sehari-hari. Pastinya kita sudah tidak asing lagi dengan kata "adaptasi". Apalagi kita mengenal adaptasi tersebut ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) khususnya dalam pelajaran biologi.
Arti dari kata adaptasi pada belajaran biologi terdapat pada hewan. Sedangkan secara arti adaptasi merupakan sebuah cara atau kemampuan dari mahluk hidup agar dapat menyesuaikan diri terhdap lingkungan agar dapat bertahan hidup. Namun untuk manusia menurut penulis adaptasi adalah sebuah cara yang dilakukan agar tetap dapat memenuhi segala macam kebutuhan hidup ditengah-tengan kondisi masa depan yang tidak tentu.
Kini kita sedang dilandai oleh sebuah wabah pandemik atas virus Corona. Bisa dikatakan bahwa wabah pandemik virus Corona sudah berlangsung cukup lama hampir bisa dikatakan satu tahun lebih. Dari adanya wabah pandemik virus Corona tersebut tentunya menjadi sebuah pukulan besar bagi setiap orang yang hidup. Bahkan bukan hanya masyarakat saja yang mengalami pukulan besar tersebut tetapi juga pihak pemerintah. Dengan demikian tidak heran kalau kini keinginan masyarakat dan pemerintah untuk dapat mengendalikan serta menekan penyebaran virus Corona ditengah-tengah kehidupan.
Karena munculnya keinginan tersebut maka tidak heran kalau kini pemerintah mengeluarkan berbagai macam kebijakan. Ada banyak sekali contoh akan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah negara Indonesia seperti work from home, PSBB, sistem pembelajaran online, dan pengurangan kapasitas pekerja. Semua kebijakan tersebut secara garis besar memiliki tujuan untuk menekan aktifitas diluar ruangan bagi masyarakat.
Ternyata kebijakan yang dibuat oleh pemerintah negara Indonesia bagi masyarakat memberikan efek lainnya bagi masyarakat pada bidang ekonomi. Semakin banyak masyarakat yang tidak beraktifitas diluar ruangan maka roda ekonomi sedikit terganggu. Salah satu contohnya seperti daerah lingkungan wisata, restoran, tempat menginap, sampai hal lainnya kini menjadi sepi. Karena tidak adanya transaksi diberbagai tempat tersebut namun biaya cost yang dibayar cukup besar. Perbedaan antara jumlah transaksi dengan biaya cost yang dikeluarkan mau tidak mau ada satu hal yang dilakukan agar dapat tetap bertahan. Dimana salah satu cara yang dilakukan adalah mengurangi jumlah pekerja agar dapat meringankan biaya cost yang dikeluarkan.
Cara yang ditempuh akan mengurangi jumlah pekerja banyak dilakukan oleh tempat kerja yang ada. Alhasil banyak sekali orang-orang didalam masyarakat yang mengalami pemutusan hubungan kerja. Mungkin contoh nyatanya bisa dilihat diberbagai macam media baik itu media cetak sampai media elektronik banyak yang memaparkan akan banyak pihak yang mengalami pemutusan hubungan kerja di tengah-tengah wabah pandemik virus Corona. Walaupun terjadi pemutusan hubungan kerja tetapi kebutuhan hidup seseorang harus dapat dipenuhi.
Kita sebagai masyarakat sudah mengetahui bahwa kebutuhan manusia didalam menjalani kehidupan sehari-hari terbagi kedalam tiga. Sandang, papan, dan pangan merupakan kebutuhan yang harus selalu dipenuhi oleh orang-orang. Bahkan ketika seseorang tidak bisa memenuhi ketiga kebutuhan tersebut maka menjalani kehidupan sehari-hari akan terganggu. Kini dengan hidup di wabah pandemik virus Corona kebutuhan orang-orang kian bertabah yaitu berbagai pencegah akan virus Corona seperti masker sampai hal lainnya. Semua kebutuhan tersebut harus dapat dipenuhi seseorang didalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Ada salah satu kampung yang sukses melakukan adapatasi serta terbebas dari dampak pukulan atas wabah pandemik virus Corona yang terjadi. Dimana nama kampung tersebu yaitu Kampung Nila Slilir (KNS). Untuk alamat sendiri terletak di Jl. Pelabuhan Tanjung Priok No. 54, RT 05/RW 03, Kelurahan Bakalan Krajan, Kecamatan Sukun, Kota Malang. KNS tersebut juga bergabung didalam sebuah Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) untuk merintis sebuah usaha ikan nila menggunakan teknologi bioflok.
Bioflok terdiri dari dua kata yaitu Bio yang berarti hidup dan flok yang bearti gumparan. Sehingga bioflok merupakan gumparan hidup. Didalam teknologi tersebut disebarkan bakteri khusus yang dapat tumbuh hidup menjadi gumparan. Gumparan-gumparan tersebut akan menjadi makanan ikan. Sehingga adanya bakteri tersebut dengan ikan nila dapat terjalin sebuah hubungan simbiosis mutualisme. Dimana ikan nila menghasilkan zat sisa yang akan dimakan oleh bakteri. Bakteri tersebut akan dimakan kembali oleh ikan nila. Walaupun sudah terdapat gumpalan bakteri yang menjadi makanan tetapi pakan harus juga diberikan.
Kolam ikan nila yang digunakan berbentuk bundar dengan posisi berdiri vertikal di atas tanah. Diameter yang digunakan sekitar 2-3 meter dengan tinggi kolam tidak lebih dari 1,5 meter. Sudah banyak bioflok yang dimiliki oleh KNS bahkan mungkin dari perubahan waktu tersebut kolam tersebut akan menjadi banyak seiring banyaknya investor yang menanamkan modalnya. Setelah semakin banyak investor yang menanamkan modal didalam bioflik yang dimiliki oleh KNS harapannya akan dapat membuaat KNS menjadi sentra penghasil ikan nila terbaik dan terbanyak di dalam kehidupan masyarakat.
Berbicara mengenai peluang pastinya bisa dikatakan cukup menggiurkan apalagi bisnis yang digeluti oleh KNS merupakan ikan nila yang sehari-hari sebagai bahan konsumsi masyarakat. Karena sebagai bahan konsumsi masyarakat tentunya permintaan akan nila tentunya akan selalu tinggi. Pengolahan ikan nila juga dapat digunakan untuk berbagai masakan dari mulai goreng, sop, sampai bakar. Semua pengolahan akan ikan nila tersebut sangat enak ketika dikonsumsi oleh masyarkat sebagai lauk ketika makan.
Diambil dari post artikel link (https://www.kompasiana.com/m_yunus/600cd7d8d541df3b5f087a62/kinerja-bioflok-milik-bolang-di-kampung-nila-slilir?page=all#section3) disutu menerangkan beberapa hal menarik akan budidaya ikan nila yang dilakukan KNS. Pertama modal yang dibutuhkan yang dibutuhkan masih berada di angka satu digit serta dapat dilakukan secara patungan oleh beberapa orang sehingga cost yang dikeluarkan bisa minim tetapi hasil keuntungan dapat maksimal. Kedua kejelasan akan seluk beluk cost dan perjalanan bisnis ikan nila yang dilakukan. Buktinya terlihat jelas bahwa pengelola selalu memberikan laporan perkembangan salah satu contohnya yaitu memberikan data seperti pertumbuhan rata-rata nilai 11 gram, konsumsi pakan 9,056 kg, nilai Feeding Rate 5%, nilai Feed Convertion Ratio (FCR) 0,91 , dan nilai Survival Rate (SR) 97,89% kepada investor. Ketiga peluang keuntungan yang menjanjikan dengan harga pasaran ikan nila sebesar Rp 25.000-34.000/kg. Didalam kolam bioflok yang dibuat oleh pihak pengelola bisnis ikan nila banyaknya ikan nila yang mampu ditampung sebanyak 900 ekor. Tentunya dengan jumlah 900 ekor tersebut maka akan banyak keuntungan yang didapatkan ketika sudah memasuki waktu panen tiba.
Jika dilihat serta dianalisis dari pembuatan kolam dengan teknologi bioflok berdampak pada ekonomi bagi beberapa orang saja khususnya yang terlibat dalam pengelolaan kolam tersebut. Padahal jika dikembangkan dapat benar-benar berdampak bagi lingkungan sekitar. Cara untuk berdampak pada ekonomi sekitar adalah dengan membuat seperti tempat wisata bertema ikan nila yang dihiasi oleh beberapa fasilitas seperti rumah makan ataupun hal lainnya.
Untuk dapat merealisasikan hal tersebut tentunya dibutuhkan tiga pihak yang terlibat. Pertama adalah investor, pihak investor tersebut tentunya memiliki tujuan untuk dapat menanamkan modal untuk merealisasikan tempat tersebut. Tidak hanya menanamkan modal tetapi investor tersebut juga dapat keuntungan beberapa persen atas kerja sama yang didapatkan dari operasional keuntungan. Kedua adalah pengelola, dalam hal ini pengelola merupakan orang-orang yang sudah masuk ke dalam KNS. Pihak pengelola bertujuan untuk mengelola berbagai macam operasional dari hulu ke hilir agar dapat berjalan dengan lancar. Tentunya ada keuntungan yang didapat ketika sudah mengoperasikan hulu ke hilir atas wisata ikan nila tersebut. Pihak terakhir adalah pemerintah, pihak pemerintah memiliki tujuan untuk menyederhanakan mungkin beberapa tahap akan perijinan serta mempromosikan akan wisata bertema ikan nila tersebut. Atas kerja yang dilakukan oleh pemerintah maka pemerintah dapat menarik pajak yang dihasilkan dari tempat wisata tersebut.
Adanya kolaborasi antara ketika tersebut bisa kita lihat bahwa dampak ekonomi yang akan dirasakan benar-benar besar sekali bahkan beberapa pihak sampai merasakan perubahan ekonomi. Perubahan ekonomi tersebut tentunya sangat dibutuhkan untuk dapat memenuhi berbagai macam kebutuhan yang sedang banyak apalagi ketika sedang terjadi wabah pandemik virus Corona seperti saat ini. Apalagi banyak masyarakat yang saat wabah pandemik virus Corona berlangsung mengalami pemutusan hubungan kerja pastinya akan lebih sulit lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Maka dengan adanya kegiatan KNS yang melakukan bisnis ikan nila serta didepan apabila dibuat wisata bertema ikan nila dapat mendongkrak ekonomi masyarkat sekitar agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Semoga tulisan ini dapat memberikan sebuah informasi yang bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih.
Sumber video:Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H