Mohon tunggu...
Tony
Tony Mohon Tunggu... Administrasi - Asal dari desa Wangon

Seneng dengerin musik seperti Slip Away dari Shakatak.

Selanjutnya

Tutup

Film

The Batman

8 Maret 2022   13:12 Diperbarui: 8 Maret 2022   13:23 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Orang yang bertanggung jawab terhadap lahirnya kembali dengan sehat dan gemuk sosok Batman sebetulnya Tim Burton. Tayang di bioskop Indonesia kalau tidak salah terlambat sekitar empat bulan atau bahkan lebih dari tanggal rilis di Amerika pertengahan tahun 1989. Hidup di tahun itu dengan tanpa adanya media sosial seperti sekarang, siapa yang kenal dengan Michael Keaton? Wajahnya sekalipun belum pernah nongol di layar bioskop Indonesia. Bahkan konon kabarnya Keaton dipilih untuk berperan sebagai Bruce Wayne/ Batman disetujui oleh para petinggi di Warner Bros. secara untung-untungan.

Inilah kali pertama menyaksikan sepak terjang Batman di layar lebar di bioskop Djakarta Theater saat itu yang masih tersedia kursi balkon. Alhasil film Batman versi Burton ini menjadi "yang paling rakus mengeruk laba" dibanding semua film yang berbau Batman di abad ke-20.

Dilihat dari segi manapun, Batman versi Burton memang berhasil. Konsep kota Gotham yang didesain oleh Anton Furst persis seperti gambaran di komiknya. Furst di tahun tersebut mendapat ganjaran piala Oscar di kategori Best Production Design mengalahkan The Abyss karya James Cameron. Keaton benar-benar pas buat jadi sosok miliarder Bruce Wayne. Meski tidak jangkung, badan Keaton sudah cukup berisi dan klimis. Apalagi saat menjelma menjadi Batman, gaya bertarungnya yang kaku justeru menjadi ciri khas termasuk aksennya saat mengucapkan "I'm Batman" dan nada suaranya yang berat dan serak masih ditiru oleh para pemain Batman sampai sekarang. Hal ini dikuatkan lagi dengan dipilihnya Michael Keaton sebagai Batman masuk dalam DC Extended Universe sebagai bintang tamu di film baru The Flash dan Batgirl yang akan tayang di tahun ini.

Milenium baru lahir, Batman baru versi Christopher Nolan juga ikut lahir di tahun 2005. Ada satu momen yang ditangkap kamera oleh baik Batman versi Burton maupun versi Nolan, tapi tidak oleh The Batman (2022) karya Matt Reeves. Adegan terbunuhnya kedua orang tua saat Bruce Wayne masih kecil tidak akan dijumpai oleh penonton The Batman. Adegan tersebut dihilangkan bukan karena Reeves menganggap bahwa semua penggemar Batman sudah mengetahui adanya tragedi ini, tapi lebih disebabkan karena ini adegan kunci yang krusial yang akan membimbing penonton sampai film usai.

Jadi ceritanya setelah Riddler berhasil membuat teror dengan membunuh para pejabat dan aparat yang ada dalam daftar penerima gaji di pembukuan milik raja bandit Falcone, Riddler membocorkan cerita lama tentang kisah kelam Martha Wayne. Celakanya, Thomas Wayne menghubungi Falcone saat itu untuk mengintimidasi wartawan yang menyebarkan kabar buruk tersebut, hanya mengintimidasi tapi tidak untuk dibunuh. Tapi kenyataannya lain, Falcone justeru membunuh si wartawan. Setelah kejadian itu Thomas berencana untuk menyerahkan Falcone ke aparat polisi. Tapi takdir berbicara lain. Falcone justeru membunuh Thomas dan Martha. Hanya Alfred, kepala pelayan dari keluarga Wayne, yang bisa menjelaskan semua kejadian ini, meski dirinya juga tidak yakin 100% bahwa apakah Thomas dan Martha dibunuh oleh Falcone atau penjahat kelas teri di sebuah lorong di kota Gotham. Itulah sebabnya adegan tewasnya kedua orang tua Bruce Wayne oleh siapa tidak ditampilkan, hanya lewat dialog saja antara Bruce Wayne dan Alfred di rumah sakit. Reeves masih menawarkan misteri.

The Batman sepertinya menjadi jalan pembuka untuk film berikutnya. Sebagai penggemar Batman sedari kecil (plus kelompok lakon dari kubu DC) yang mengharapkan adanya adegan Batman yang sedang nongkrong dengan gaya khasnya di puncak pencakar langit seperti yang ada di komik, adegan ini tidak ada. The Batman mengambil seting Year Two, seperti yang dinarasikan oleh Bruce bahwa intinya dia sudah malang melintang di Gotham menumpas bandit selama dua tahun tapi nampaknya situasi tidak bertambah baik. Dua tahun berarti Batman belum total menyandang sebagai jawara. Punggungnya diperlihatkan menorehkan sejarah bergelut dengan para kriminal. Setiap kali bertarung kadang jatuh tidak berdaya. Dan saat terjun melarikan diri dari gedung yang tinggi mengenakan wingsuit flying, Batman diperlihatkan masih ragu dan benar dia landing dengan kurang mulus. Batman belum jago, ini masih babak awal. Sebab endingnya menawarkan babak selanjutnya, Riddler yang galau mendapatkan pencerahan dari tetangga penghuni sel sebelahnya di Arkham. Awalnya saya pikir tetangga itu Two Face, ternyata The Joker.

The Batman kurang spektakuler. Adegan kejar-kejaran mobil di jalan tol seharusnya tidak menciptakan image akan korban dari pihak sipil. Emosi penonton hanya diciptakan oleh Catwoman saat hendak membunuh Falcone, ayahnya. Gadget milik Batman disini hanya difokuskan pada contact lens yang bisa berfungsi layaknya sebuah camera recorder. Agak ketinggalan mengingat di Mission Impossible: Ghost Protocol barang itu sudah ada, bahkan bisa nge-print dengan hanya mengedipkan mata dua kali.

Tidak ada gambar yang merekam Bruce adalah seorang miliarder. Minimal Bruce sedang meeting membahas warisan orang tuanya. Mungkin adegan tersebut memang ada, ini bisa diketahui saat Bruce dan Alfred sedang memecahkan sandi ada seorang wanita yang memberitahu bahwa peserta meeting sudah hadir. Bisa saja misalnya di saat meeting mungkin bisa disisipkan informasi sedikit rumah yatim milik keluarga Wayne. Mengingat durasi yang sudah cukup panjang adegan meeting mungkin dihilangkan, awalnya The Batman memiliki durasi 4 jam lebih, sama seperti Zack Snyder's Justice League.

Pemilihan aktor Robert Pattinson sah-sah saja, meski kelihatannya terlalu pucat dan kurus. Pemilihan Andy Serkis sebagai Alfred juga mungkin ini masalah pribadi saja. Sebab Serkis adalah sohib dekat Reeves yang sudah banyak membantu saat pembuatan Dawn of the Planet of the Apes dan War for the Planet of the Apes.

Tidak perlu menyaksikan The Batman di layar Imax, sebab film ini direkam dengan kamera Arri Alexa LF (large format) seperti misalnya yang digunakan Dune dan Eternals. Meski memiliki sertifikat dari Imax, Arri Alexa LF untuk The Batman hanya pas di layar lebar bioskop standar. Kalau toh masuk di layar Imax akan ada black bar di atas dan di bawah gambar. Tidak full satu layar penuh Imax. The Batman cukup dinikmati di bioskop yang sudah dilengkapi Dolby Surround 7.1 yang sudah menjadi standar bioskop dimana-mana di Indonesia.

The Batman juga menawarkan beberapa hal yang baru yang cukup menyegarkan. Munculnya Batmobile untuk pertama kalinya di The Batman dari sebuah lorong mendapat nilai dua jempol. Dolby nya benar-benar excellent. Informasi tentang Alfred bahwa dirinya ternyata seorang mantan Dinas Rahasia. Logo kelelawar yang ada di kostum Batman bisa digunakan layaknya sebuah belati yang tajam. Batsignal yang memiliki slogan baru: bukan panggilan tapi sebuah peringatan! Dan, ini yang paling penting, menatap bibir Zoe Kravitz dalam jarak dekat. Adem rasanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun