Egoisme merupakan motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang hanya menguntungkan diri sendiri. Egoisme berarti menempatkan diri di tengah satu tujuan serta tidak peduli dengan penderitaan orang lain, termasuk yang dicintainya atau yang dianggap sebagai teman dekat. Orang egois selalu menilai dirinya sendiri sebagai pribadi yang paling sempurna.
Ada seorang pria yang setiap hari selalu tampil dengan rapi. Tidak hanya pada saat berangkat kerja atau pada saat keluar rumah, pada hari-hari bersama keluarga di rumah si pria ini tetap berpenampilan rapi. Rambutnya selalu memakai minyak dan tersisir rapi. Tubuhnya yang putih bersih mengenakan pakaian yang sudah disetrika dengan licin dan selalu menebar aroma wangi.
Mobil si pria juga sama dengan tuannya. Sebelum dan sesudah digunakan, si pria selalu memandikan mobilnya hingga mengkilap sampai sebutir debu seakan tidak pernah terlihat bertandang. Setiap hari melakukan hal tersebut sejak si pria memiliki mobil itu dua tahun yang lalu. Bukan mobil mewah dan tuannya juga bukan dari kelas orang-orang kaya. Si pria tinggal bersama keluarganya di sebuah perumahan kelas menengah.
Perumahan yang terletak di sebelah sebuah makam yang cukup luas itu terkenal dengan warganya yang guyub dan solid serta memiliki rasa toleransi yang tinggi, termasuk si pria ini. Tapi sejak dua tahun yang lalu sejak si pria menjadi pesolek dan memiliki mobil sendiri, pribadinya jadi berubah. Si pria ini jadi jarang melakukan sosialisasi dengan warga perumahan setempat seperti hadir pada acara arisan Rukun Tetangga atau ikut kegiatan kerja bakti. Satu-satunya orang yang sering kontak dengan si pria ini hanya seorang satpam yang setiap hari selalu membuka portal pintu masuk perumahan. Meski tidak pernah sekalipun si pria memberi tanda terima kasih berupa uang ataupun barang, tapi si satpam selalu melayani dengan hormat tanpa mengeluh. Bahkan pada saat si pria mencerca habis-habisan gara-gara terlambat sebentar membuka portal, si satpam tidak pernah menaruh rasa dendam.
Dunia diserang wabah virus Corona dan si pria tidak bisa mengelak, lalu dia pun diserang dan mati. Peraturan yang mengharuskan orang-orang tidak diijinkan untuk berkerumun dan ketakutan akan ganasnya virus ini, warga dan saudara serta kerabat tidak ada yang hadir saat prosesi pemakaman termasuk anak dan isterinya. Satu-satunya orang yang sibuk dengan sukarela mengantar kepergian si pria hanya si satpam sebagai tanda bahwa portal terakhir dibuka untuk terakhir kalinya.
Si pria sadar bahwa dirinya sudah mati. Dia memandang kuburan miliknya dan kuburan-kuburan milik orang lain. Tidak bisa dibedakan mana kuburan milik orang yang semasa hidupnya berkelimpahan atau mereka yang semasa hidupnya menderita kekurangan. Sebab kuburan-kuburan itu sama bentuk dan sama luasnya. Sepetak gundukan tanah.
Saat si pria meratapi nasibnya, datang Tuhan menghampiri dirinya. Obrolan pun terjadi cukup lama. Kemudian Tuhan menawarkan untuk memutar film tentang kehidupan si pria. Si pria menyaksikan film itu dengan cukup serius saat dirinya lahir dari rahim ibunya sampai saat pemakaman yang hanya dihadiri oleh si satpam yang benar-benar sudah dikenalinya. Saat film memasuki adegan putrinya semata wayang yang sedang menikah duduk di atas pelaminan tanpa kehadiran dirinya, si pria menitikan air mata. Tuhan lalu menekan tombol off dan filmpun usai.
"Kamu yakin Aku bisa melakukan apa saja termasuk membangkitkan kamu yang sudah mati?" Tuhan bertanya kepada si pria.
"Aku yakin sekali Tuhan mampu berbuat demikian." Jawab si pria.
"Apakah kamu mau hidup kembali ke dunia dan bisa merasakan bahagianya menimang cucu?" Tuhan bertanya kembali.
"Ya saya berharap sekali itu terjadi Tuhan." Jawab si pria.
"Tapi syaratnya cuma ada satu." Kata Tuhan.
"Syaratnya apa itu Tuhan?" si pria bertanya.
"Gampang," Jawab Tuhan, "Setelah nanti kamu hidup kembali ke dunia dan menjalani hari-hari seperti biasa dimana tidak seorangpun yang pernah tahu dan sadar bahwa kamu pernah mati, juallah mobil kesayanganmu yang nanti bisa didapatkan dengan harga yang masih tinggi lalu hibahkan uang itu semua untuk si satpam yang dengan tulus sudah membantu proses pemakaman kamu."
Sambil menundukan kepala si pria mengeluh dengan lirih, "Aduh berat sekali syaratnya."
---oOo---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H