"Hanya orang mati yang bisa melihat orang-orang yang sudah mati," kata seorang yang di sebelah kanan sambil mengarahkan Pak Bambang, "Lihat ke depan."
Pak Bambang berdiri lalu melihat ke depan. Si perampok tampak sudah berhasil diringkus oleh beberapa satpam yang ada di pertokoan itu. Lalu melihat sebuah tongkat jalan miliknya yang tergeletak di samping mobil sedan berwarna oren.Â
Di sebelah tongkat tampak oleh Pak Bambang sekujur tubuh yang mengenakan seragam pejuang 45 yang masih baru terkulai dengan kepalanya bersimbah darah. Tubuh yang sudah kaku, matanya mengeluarkan darah karena terkena serpihan kaca jendela mobil.
"Ya Tuhan," Pak Bambang berbicara lirih sambil mengusap lutut kaki kirinya, "Saat melompat tembok tadi aku pikir kakiku sudah sembuh."
"Setelah benar-benar sudah selesai, semuanya akan kembali sempurna." Kata seorang yang di sebelah kiri Pak Bambang.
Mereka bertiga lalu berjalan menuju sebuah cahaya putih yang bersinar kuat di depan mereka. Pak Bambang yang berjalan tanpa dibantu dengan tongkatnya menengok ke belakang untuk terakhir kalinya.
"Tidak perlu menengok ke belakang, tugas kita sudah selesai," kata seorang yang di sebelah kanan sambil menepuk bahu Pak Bambang, Â "Hendak diisi dengan apa kemerdekaan yang sudah kita rebut, terserah mereka."
---Tamat---
...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H