Mohon tunggu...
Bung Robert's Tampoe
Bung Robert's Tampoe Mohon Tunggu... -

Menyukai keterbukaan dan kejujuran

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kissing

2 September 2012   07:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:01 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi itu,untuk pertama kalinya Winda hadir ke sekolah tempat dia akan memulai aktifitasnya sebagai guru honor mata pelajaran bahasa Inggris tingkat SD.Sehari sebelumnya,Winda bersama maminya telah menyampaikan surat lamaran langsung ke rumah ibu kepala sekolah.Betapa dia sangat bahagia karena tentu ilmu yang dia dapatkan di bangku kuliahan tidak mati karena  akan terus terasah.Winda mengamati  satu demi satu guru-guru seniornya yang ada saat jam istirahat di kantor.Beberapa di antara ibu guru seniornya ada yang sudah dikenalnya karena kebetulan kami satu kampung,sementara yang lain ada juga yang mengenal maminya Bu Rosa, yang profesinya juga sebagai guru SD. Sebentar kemudian menyusul masuk seorang pak guru.Tiba-tiba Ibu Desima  memperkenalkan Winda. "Pak,kita kedatangan guru baru ini dan masih gadis pula.Kenalanlah,Pak,"katanya. "O,iya?Hai, kenalkan namaku Robby," ujar pak guru itu sedikit akrab memperkenalkan dirinya sembari mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Winda. Winda berdiri menerima uluran tangan Pak Robby sambil menyebut namanya. "Pak, ibu ini anak Pak Sukoco itu,lho,Pak," kata Bu Desima menjelaskan,"Bapak pasti mengenalnya,kan? "tambah Bu Desima.  "Anak Pak Sukoco?Kok,gak pernah aku tahu kalau selama ini abang itu punya anak gadis,ya? Bapakmu iku konco lawasku,lho!" Melihat Pak Robby masih berjabat tangan, Bu Desima berujar,"Ojo suwi-suwiiii."  Pak Robby segera melepaskan tangannya. Winda tersenyum simpul. Sebentar kemudiaan mereka tampak akrab berbincang-bincang.

Selama dua minggu Winda mengajar, Winda kerap menunggangi sepeda motor (baca : kereta) Honda Revo maminya.Tapi,suatu hari Winda terpaksa harus naik angkot ke sekolah.Saat mau pulang sekolah, Pak Robby coba menawarkan diri membonceng Winda pulang ke rumah.Dengan sedikit malu-malu dan segan,Winda  menaiki kereta Pak Robby.Sebelum kereta bergerak meninggalkan sekolah,Wida  berkata, "Gak apa-apa, nanti,ya,Pak? Ntar ketahuan ma ibu."  "Ada-ada saja.Gak apa-apa,kok," sahut Pak Robby meyakinkan.

Memasuki satu tahun Winda  mengajar, dia semakin  akrab saja dengan Pak Robby. Pak Robby memang orangnya supel. Dia adalah salah satu dari tiga guru laki-laki teman Winda mengajar di sekolah itu.Dalam pandangan Winda,Pak Robby cukup berwibawa dan pintar.Sesekali bisa juga berkelakar meski profilnya terkesan kejam.Dia juga tampaknya sangat dihormati dan disegani oleh para siswa di sekolah.Meski dia sudah memiliki tiga orang anak yang sudah dewasa,tapi penampilannya selalu terlihat bersih dan rapih layaknya seorang pemuda.

Di sekolah,selain Winda sebagai guru honor juga dimanfaatkan tenaganya untuk membantu tugas-tugas administrasi kepala sekolah.Kalau kebetulan tidak ada les masuk ke kelas, Winda terlihat asik di depan komputer di ruangan kantor untuk mengerjakan administrasi kepala sekolah. (bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun