Nah, tahukah Anda, nama koran yang disodorkan kepada Bung Karno ketika itu bukan Kompas, melainkan koran Bentara Rakyat. Setelah mengernyitkan dahi sejenak, Bung Karno lantas mengusulkan agar nama itu diganti menjadi "Kompas" yang berarti penunjuk arah.
"Sabda pandita ratu", pepatah Jawa. Bahwa titah raja adalah perintah. Bagaikan sebuah titah, maka sabda Bung Karno pun langsung diiyakan Frans Seda. Usul nama dari Bung Karno kemudian dirapatkan di Yayasan Bentara Rakyat. Dan, tanpa perdebatan sengit, usul Bung Karno tadi langsung diterima, sehingga nama koran Bentara Rakyat dikubur, dan dimunculkanlah nama "Kompas" dengan tambahan tagline "Amanat Hati Nurani Rakyat".
Koran ini terbit pertama kali pada 28 Juni 1965. Itu artinya, tiga bulan menjelang terjadinya ontran-ontran G-30-S. Pasca tragedi yang merenggut tujuh perwira terbaik TNI-Angkatan Darat, pamor Bung Karno redup atau diredupkan. Namun salah satu "warisan" nama, Harian Kompas, justru makin bersinar. Sinarnya, menerangi jagat media Nusantara hingga hari ini.
Tulisan ini lebih bersifat penuturan kembali dari apa yang saya dengar, untuk kemudian saya tuang dalam sebuah tulisan, maka saya yakin banyak unsur yang terlewatkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H