Mohon tunggu...
Anton Kapitan
Anton Kapitan Mohon Tunggu... Guru - Seorang pegiat pendidikan yang menyukai diskusi dan debat

Anton Kapitan adalah seorang pemuda kelahiran Supun, TTU-Timor, NTT. Berjuang memaknai hidup dengan berpikir, berkata dan berbuat dalam spirit 4s. Mengupayakan sekolah kehidupan bagi anak-anak di pedalaman. Mengusahakan pendidikan sepanjang hidup. Pemimpi dari Timur untuk Indonesia dan dunia.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Dampak Pengerahan Kapal Militer Filipina ke Laut Cina Selatan bagi ASEAN dan Ekonomi Indonesia

22 April 2021   15:54 Diperbarui: 22 April 2021   16:50 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Rencana Filipina untuk mengerahkan kapal militernya ke Laut Cina Selatan sesungguhnya adalah satu strategi politik dari presiden Rodrigo Duterte. Duterte yang selama ini dinilai melunak dalam menekan Cina untuk mematuhi putusan arbitrase di Laut Cina Selatan menunjukan satu sikap tegas sebagaimana terbaca dalam pidatonya pada Senin 20 April 2021. Dalam pidato yang dikutip Voa Indonesia, Duterte menegaskan, "Saya tidak tertarik dengan perikanan. Saya pikir tidak ada cukup banyak ikan untuk diperebutkan. Tapi ketika kami siap menambang, ketika kami siap menggali apapun yang ada di perut Laut China Selatan, minyak kami, ketika itulah saya akan mengerahkan kapal-kapal abu-abu kesana untuk menegaskan klaim. Apabila mereka mulai mengebor minyak di sana, saya akan katakan kepada China, apakah itu bagian dari perjanjian kita? Apabila itu bukan bagian dari perjanjian, saya juga akan mengebor minyak di sana".

Apa yang disampaikan Presiden Duterte menegaskan posisi Filipina yang konsisten dalam mengamankan wilayahnya yang ada di Laut Cina Selatan. Duterte tidak membiarkan Cina untuk sewenang-wenang menguasai dan mengelola Laut Cina Selatan, terutama yang berkaitan dengan sumber daya alam yang berkaitan dengan pertambangan (minyak bumi), ketimbang ikan yang ada di Laut Cina Selatan.

Terlepas dari motivasi utamanya Duterte, realisasi kebijakan ini mengakibatkan tidak kondusifnya wilayah sengketa Laut Cina Selatan dan bisa berdampak buruk terhadap kerja sama di bidang Ekonomi karena negara-negara Asean lain yang berkepentingan di Laut Cina Selatan juga akan mengerahkan kekuatan militernya ke sana. Sementara itu, Cina akan mengerahkan pula kekuatan militernya.

Tidak kondusifnya wilayah sengketa Laut Cina Selatan dan terganggunya kerja sama di bidang ekonomi antara negara-negara Asean dengan Cina menyebabkan Ekonomi Indonesia pun terganggu. Karena itu diperlukan pendekatan soft power dari Indonesia  sejak awal sebagai satu bentuk tindakan antisipatif hingga rencana Filipina ini tidak sampai terelisasi demi kondusifnya wilayah Laut Cina Selatan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun