Sebagaimana disampaikan Presiden Jokowi dalam pidato pelantikannya tertanggal 20 Oktober 2019, kerja keras lagi atau kerja lebih keras menjadi kekuatan untuk mewujudkan Indonesia maju. Ungkapan ini menyatakan bahwa selama lima tahun ke depan Pak presiden dan wakil presiden akan bekerja keras untuk membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik.
Dalam hal ini, ada harapan akan kinerja kerja yang  lebih baik dari lima tahun lalu untuk Pak Presiden Joko Widodo. Tentu dengan ini, saya sebagai anak negeri, pantas berbangga memiliki presiden yang berkomitment untuk menjadi pekerja keras.
Bagaimana dengan bawahannya pak Presiden? Apakah mereka juga berkomitment untuk kerja keras seperti pak Jokowi?
Memasuki hari kedua masa pengenalan para calon menteri yang akan duduk dalam kabinet II Pak Presiden Jokowi, tercatat 32 tokoh terbaik bangsa yang dipanggil. Ada yang datang sendiri-sendiri, ada juga yang datang berdua atau bertiga sesuai arahan dari Istana untuk bertemu Pak Jokowi dan berdiskusi sejenak lalu kembali.Â
Ada yang memberikan pernyataan kepada awak media sesudah bertemu pak Jokowi, ada yang hanya melambaikan tangan dan melepas senyum dengan meninggalkan teka-teki bagi para kuli tinta dan juga segenap warga tentang posisi yang akan ditempati tokoh-tokoh istimewah ini.
Sejauh pengamatan, dari 32 tokoh yang telah bertemu presiden, 17 tokoh dari kalangan profesional, sedang 15 tokoh berasal dari kalangan partai. Bahkan ada yang sementara menjabat sebagai ketua umum partai. Sebut saja, Pak Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra, Pak Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Golkar, Pak Suharso Monoarfa, Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan.
Hal ini menggambarkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kalangan professional dan praktisi politik yang menjadi pembantu presiden dalam mewujukan konsep 'kerja keras lagi' demi Indonesia maju.
Tentu masih ada beberapa posisi yang sedang kosong kalau dilihat dari susunan kabinet I Pemerintahan Jokowi. Mudah-mudahan saja, kalangan professional lebih banyak ketimbang praktisi politik (baca: yang berasal dari kalangan partai). Mengapa harus demikian?
Sejauh diyakini, sekiranya kalangan professional menguasai kabinet, tentu harapan Jokowi untuk kerja lebih keras dalam lima tahun mendatang bisa dicapai. Hal ini didasarkan pada beberapa pertimbangan berikut.
Pertama, kalangan professional mudah fokus dengan kerja dan boleh dibilang lebih tekun dengan pekerjaan yang diberikan kepadanya; Mereka umumnya tidak terlalu sibuk dengan urusan politik praktis, karena mereka tidak punya minat di sana, walau pun mereka bekerja untuk masyarakat yang adalah zoon politicon.
Kedua, kalangan prosefesional lebih mudah kerja keras karena keahlian yang dimiliki memungkinkan mereka menemukan begitu banyak cara dalam menuntaskan pekerjaannya demi mendapatkan hasil yang maksimal.