Letak Cavern hanya beberapa blok saja dari hotel. Bar yang beroperasi mulai dari pukul 10;00 pagi ini,tidak memungut ongkos masuk kecuali saat pukul 20:00 sebesar £4. Kebetulan saat itu sedang acara Tribute of Beatles yang menampilkan empat pria versi KW super John, Paul, Ringo dan George. Semuanya mirip semirip-miripnya! Saya sempat merinding dan berkaca-kaca ketika “band ala-ala” itu menyanyikan: Strawberry Fields Forever, And I Love Her, Come Together, dan seabrek hits lainnya.
Let me take you down, cause I'm going to Strawberry Fields.
Nothing is real, and nothing to get hung about.
Strawberry Fields forever.
Band cover saja sanggup membuat bulu kuduk meremang, bagaimana kalau Beatles asli yang manggung? Mungkin saya sudah pingsan sambil kejang-kejang hahaha. Saat itu pub bawah tanah beratap pendek tersebut sedang padat pengunjung. Mereka nge-bir sambil singalong. Tidak ada satu pun yang merokok karena aturan di Eropa melarang tempat umum dalam ruangan tertutup untuk ngebul. Tempat nongkrong seru ini berdiri sejak tahun 1957. Sempat tutup di tahun 1973 dan 1989. Awalnya Cavern dikenal sebagai klub jazz pada akhir era 50-an, yang digantikan rock n roll mulai era 60-an. Memasuki pub ini, saya harus melewati beberapa tangga yang turun ke ruang bawah tanah.
Kebayang dong jaman dulu ketika larangan merokok belum diiberlakukan, mungkin banyak pekerja di sana yang terserang sakit paru-paru karena asap rokok, di tambah lagi dengan kondisi atap yang sangat rendah.
Ternyata bukan hanya Beatles saja yang pernah ngamen di sini, tercatat ada The Rolling Stones, The Yardbirds, The Kinks, Elton John, Queen, The Who, Travis, Oasis, dan masih bayak lagi. Bahkan di pintu keluar ada saya menemukan foto berpigura Arctic Monkey yang ternyata juga pernah
manggung di Cavern.
Here comes the sun.
Here comes the sun,
and I say, It's all right.
Keesokannya, pada hari terakhir di Liverpool, saya berkunjung ke The Beatles Story yang juga sekaligus sebagai tempat terakhir ziarah ini. Museum yang terletak di pelabuhan Albert Dock ini, memang wajib diziarahi buat para Beatles Mania. Jujur saja, awalnya saya memberi ekspektasi tinggi pada museum ini. Saya pikir bakal banyak mendapatkan barang pribadi para personil. Dan ternyata saya harus kecewa karena hanya menemukan gitar pertama milik George Harrison (seperti yang terpajang di Hard Rock Cafe), selebihnya foto-foto dan penayangan video. Pada bagian ruangan pertama terdapat silsilah keluarga setiap personil The Beatles lengkap dengan data diri dan latar
belakang pendidikan mereka. Agar lebih maksimal, setiap pengunjung dibekali audio guide. Saya menemukan beberapa tulisan kutipan Lennon dengan huruf yang dicetak berukuran besar, seperti: