Namun, setelah saya melalui Fase Proses Penerimaan Anggota Baru secara resmi, (Seleksi formal dan seleksi alam) hingga lahir Forum Jumat Taeter Koma (1994), dalam produksi pementasan Semar Gugat (1995), sebab Mas Nano Riantiarno meminta kami, menuliskan nama masing-masing yang akan ditulis di buku acara, maka saya menulis nama saya Supartono Jawa. Maksudnya, saya konsisten menggunakan tambahan Jawa di belakang nama saya untuk kegiatan teater, yang saya anggap sebagai hadiah sayang dari JD Parera.
Namun, setelah semua anggota Forum Jumat menuliskan nama, sebab sebagai anggota baru Teater Koma, ternyata saya dipanggil oleh Mas Nano ke ruang kerjanya di Sanggar Bintaro.
"Ton, nama kamu pakai Jawa di belakangnya? Tanya Mas Nano.
"Maaf. Iya Mas. Maksud saya, itu meneruskan nama saya di kegiatan teater kampus." Jawab saya.
"Kalau begitu, jangan Jawa ya, disingkat saja jadi JW." Permintaan Mas Nano.
"Baik Mas. Terima kasih." Jawab saya.
Jujur, sebelumnya, saya tidak pernah terpikir akan menggunakan tambahan nama JW yang merupakan singkatan dari Jawa yang diberikan oleh Mas Nano. Namun, saya merasakan sejak saya menggunakan tambahan nama JW di belakang Supartono, ada sesuatu gairah baru, semangat baru, mimpi-mimpi baru sebagai pelengkap makna arti Supartono yang diberikan oleh orangtua. Sebab, JW tetap sama dengan Jawa yang cukup memiliki makna mendalam,
Singkat cerita, pada produksi pementasan Cinta yang Serakah (1996), nama Supartono JW bahkan sudah masuk dalam daftar nama pemain, di Poster Cinta yang Serakah.
Terima kasih JD Parera yang sudah menambah panggilan sayang saya ditambah Jawa. Terima kasih Mas Nano Riantiarno yang sudah menyempurnakan tambahan nama saya di dunia teater dari Jawa berubah JW.
Sejatinya, nama Supartono JW awalnya hanya untuk kegiatan saya di dunia teater khususnya sebagai bagian dari Keluarga Besar Teater Koma atau nama di Teater Koma. Namun, seiring perjalanan waktu, nama Supartono JW akhirnya saya gunakan di semua bidang kegiatan yang saya geluti. Sehingga dalam setiap langkah saya menulis nama Supartono JW, senantiasa dilimpahi kelancaran, kesuksesan dan keberkahan. Sebab, di dalamnya akan selalu terlintas nama kedua orangtua saya, JD Parera, dan Mas Nano Riantiarno.
Sejak saya menjadi bagian dari Keluarga Besar Teater Koma, saya sudah meneladani prinsip-prinsip kehidupan panggung dan kehidupan nyata yang dididik oleh Mas Nano, khususnya yang diterapkan di Teater Koma, hingga detik ini.