Hadirnya Statuta dan dikenalnya Voter dalam tubuh PSSI, langsung mengubah arah tujuan  PSSI sesuai latar belakang berdirinya. Dengan bekal Statuta dan Voter, maka PSSI sudah bukan lagi menjadi milik bangsa dan Negara Indonesia, bukan pula milik publik sepak bola nasional. PSSI mutlak milik Voter dan pengurus PSSI (Ketua Umum dan Exco) yang dipilih oleh Voter. Keberadaan Voter ditentukan oleh lingkaran 'Setan' ini.
Sesuai Statuta FIFA, pemerintah tidak dapat intervensi PSSI, apalagi rakyat. Jadi, sejak 1952, PSSI adalah kerajaan Voter dengan Statuta yang dibuat oleh lingkaran mereka, tetapi berada di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
72 tahun PSSI dikelola dengan politik siasat, sehingga publik sepak bola nasional paham bahwa selama itu, PSSI hanyalah diisi oleh gerombolan mafia yang bertindak untuk kepentingannya sendiri dan kelompoknya. Tidak perlu hati, pikiran, tutup mata, kuping. Tidak perlu punya rasa malu, tidak perlu punya rasa tahu diri, sebab PSSI adalah Kerajaan Voter yang diatur Statuta yang mereka buat sendiri. Sangat kokoh karena dilindungi Statuta FIFA, karena PSSI adalah anggotanya.
Kini, harapan rakyat atau publik sepak bola nasional agar PSSI kembali sebagai organisasi sepak bola yang sesuai kitahnya, seperti mendapat angin segar. Mendaftarnya Erick Thohir, yang sudah menjadi bagian dari pemerintahan Jokowi, tentu Erick akan melanjutkan politiknya di PSSI.
Erick Thohir pun mengatakan perbaikan sepakbola Indonesia merupakan tugas bersama, baik dari PSSI, klub, hingga suporter. Erick menyampaikan proses perbaikan harus terukur dan juga konsisten. Hal ini ia sampaikan usai dicalonkan komunitas sepakbola nasional untuk maju sebagai calon Ketua Umum PSSI. Erick meyakini tata kelola yang baik akan memberikan hasil yang juga baik.
Erick juga menyampaikan pendapatnya bahwa:
"Banyak yang sering bilang ke saya, sepakbola Indonesia jalan di tempat. Saya kurang sepakat, sepakbola Indonesia juga berkembang," kata Erick. "Tapi perkembangan negara lain jauh lebih cepat. Ini yang ingin saya kejar," ucap Erick usai melakukan pendaftaran sebagai calon Ketua Umum PSSI di Jakarta, Minggu 15 Januari 2023.
Nyali, berana apa tidak?
Atas kondisi PSSI yang menurut saya sudah melenceng selama 72 tahun, Erick menegaskan, proses perbaikan sepakbola Indonesia memerlukan keberanian dalam mengubah secara menyeluruh.
Yang lucu, kata Erick, landasan teori hingga wacana terasa percuma jika tidak dibarengi dengan kesungguhan. Padahal Indonesia punya sumber daya yang besar, infrastruktur yang kuat, masyarakat yang begitu gila bola.
"Tinggal bagaimana membangun harmoni seluruh elemen dalam membebani sepakbola dalam negeri, kuncinya cuma satu, nyali, berani apa tidak?" ucap mantan Presiden Inter Milan tersebut.
Erick juga menyoroti sepakbola Indonesia yang piramida kompetisinya sangat sedikit. Menurut Erick, negara-negara tetangga memiliki jenjang kompetisi yang jauh lebih banyak, bahkan hingga memiliki roda kompetisi yang mempertemukan seluruh kontestan seperti Piala FA di Inggris.
"Kalau kita lihat, struktur liga kita terlalu sedikit, Piala Indonesia yang mempertemukan seluruh tim tidak berjalan, semakin banyak kompetisi, tentu memberikan lebih banyak kesempatan bermain bagi para pemain muda," ucapnya.