Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Bola

Bubarkan PSSI, Ganti OSI

13 Januari 2023   10:02 Diperbarui: 13 Januari 2023   10:22 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW


Bila pengatur sepak bola +62 masih bernama PSSI, sepertinya, 1000 tahun pun mengejar prestasi selalu mimpi.

(Supartono JW.13012023)

Bubarkan PSSI, itulah komentar yang mengerucut dari netizen atau publik sepak bola nasional. Akibat ulah Exco PSSI yang ibarat petir di siang bolong, tahu-tahu membuat keputusan kompetisi Liga 2 dan 3 dihentikan. Pun kompetisi Liga 1 tanpa degradasi.

Ini karena permainan dari pihak Liga 1 kemudian, seolah tanpa degradasi adalah buntut dari Liga 2 dan 3 disetop? Padahal...

Prestasinya gagal karena pondasi salah

Kendati Timnas Indonesia di 2023 memiliki agenda di antaranya Piala Asia U-20, SEA Games, Piala Dunia U-20, dan Piala Asia, namun kemarahan dan kekecewaan publik sepak bola nasional nampaknya sudah diubun-ubun.

Sudah Timnas gagal di Piala AFF karena problematika dasar Sumber Daya Pemain (SDA) Timnas yang masih jauh dari standar atau kalah jauh kualitasnya dengan SDM pemain bola Vietnam dan Thailand, karena kegagalan PSSI dalam pembinaan sepak bola nasional mulai dari akar rumput yang dibiarkan terus menjamur, tetapi tidak diurus. Hanya dipetik buahnya. Meski buahnya juga hasil dari pendidikan, pelatihan, dan pembinaan yang salah.

Jauh dari sentuhan kognisi, afektif, psikomotor yang sesuai teori dan keilmuan. Di ampu oleh manusia-manusia yang tidak memiliki tiket pedagogi. Akan sampai kapan pun, bila benang kusut ini tidak disembuhkan, 1000 tahun pun Timnas mustahil berprestasi, meski sekadar di tingkat Asia Tenggara. Ingat, prestasi Timnas itu adalah Timnas Senior. Bukan Timnas kelompok umur atau yunior, yang setiap hasil laganya menjadi catatan FIFA dalam penentuan ranking dunia.

Jadi, hingga detik ini, prestasi PSSI adalah gagal karena pondasinya salah. PSSI hanya untuk bancakan kepentingan mereka, bukan untuk kepentingan bangsa, negara, dan rakyat.

Di luar logika

Setali tiga uang, jelang KLB, PSSI pun tak ubahnya hanya sebagai sarang atau kumpulan manusia tidak berkarakter. Hanya mencari makan dari sepak bola dan menjadikan PSSI sebagai kendaraan politik.

Di mana logikanya, sebuah federasi sepak bola yang salah satu fungsinya dapat membentuk Timnas untuk negaranya. Timnas dapat dibentuk, hasil dari kompetisi yang diputar oleh federasi, namun dengan berbagai dalih, membuat kompetisi Liga 2 dan 3 dihentikan. kompetisi Liga 1 tanpa degradasi. Ini di mana logikanya?

Sebelumnya, semua kompetisi harus dihentikan karena tragedi Kanjuruhan. Itu adalah buah dari ketidakecusan PSSI, Operator kompetisi, Polisi, serta beberapa stakeholder terkait menyikapi dan menangani masalah suporter yang kampungan (tidak tahu sopan santun, tidak terdidik, kurang ajar). Terjadi di Liga 1.

Akibatnya liga 2 dan 3 ikut kena getah, diberhentikan juga kompetisinya. Mirisnya, Liga 1 yang menjadi biang kerok semua kompetisi dihentikan, justru dapat melenggang melanjutkan kompetisi. Alih-alih mendapat berita menyenangkan, sebab kompetisi Liga 2 dan 3 tidak kunjung digelar, tahu-tahu semua tim Liga 2 dan Liga 3, serta publik sepak bola nasional seperti disambar petir.

Betapa sedih dan merana semua pihak yang makan dari Liga 2 dan 3, serta ekonomi turunannya?

Ada skenario busuk

Dengan alasan yang pastinya dapat ditelusuri bahwa di dalamnya ada skenario busuk dari para mafla di PSSI ini,  serta berlindung di balik dekatnya pelaksanaan Piala Dunia U-20, jelas, penghentian kompetisi Liga 2, Liga 3, dan Liga 1 tanpa degradasi, nampaknya ada udang di balik batu, sebab KLB tinggal menghitung hari.

Maka, bila publik marah hingga mengerucut tuntutan bubarkan PSSI, sepertinya hanya akan menjadi angin lalu bagi mafia dan pihak berkepentingan yang kini masih kokoh mencengkram PSSI untuk kepentingan-kepentingannya, mereka tentu tetap dapat terbahak, pasalnya, PSSI memang hanya milik voters.

Dan, para voters pun terus menjadi bagian mafia yang saling melayani kepentingan. Pemerintah pun tidak dapat melakukan intervensi ke PSSI. Yang dapat dilakukan pemerintah melalui stakeholdernya adalah tidak memberikan izin kompetisi izin-izin lainnya.

Publik pun bertanya, meski pemerintah tidak dapat mengintervensi PSSI, apakah penghentian Liga 1 dan 2 bukan pesanan dari pemerintah? Pemerintah yang tentunya dikendalikan oleh partai politik, sejatinya juga sangat berkepentingan dengan sepak bola, karena apa, menjelang KLB PSSI.

Ada apa dengan KLB PSSI? KLB PSSI akan menghasilkan pemimpin PSSI baru akibat dari tuntutan tragedi Kanjuruhan, namun skenarionya, KLB adalah produk dari statuta PSSI, tidak ada intervensi. Namun, siapa pemimpin PSSI baru nanti, apakah tidak akan ada kaitannya dengan kepentingan politik?

Rasanya, penghentian Liga 2 dan Liga 3 yang buntutnya Liga 1 tanpa degradasi, ini adalah skenario yang sudah dirancang sesuai permintaan pihak yang punya kepentingan. Luar biasa. PSSI hanyalah sarang mafia untuk kepentingan-kepentingan. Membuat keputusan apa pun, siapa yang dapat mengintervensi?

Ganti menjadi OSI

Bubarkan PSSI hanya dapat dilakukan dengan cara pemerintah mengintervensi. Lalu, FIFA membekukan PSSI.

Berikutnya lahirkan federasi sepak bola Indonesia yang baru, semisal bernama Organisasi Sepak Bola Indonesia (OSI). Buat statuta baru dipandu FIFA. Gulirkan OSI dari Nol. Semua diputihkan.

Yah, satu-satunya cara agar sepak bola Indonesia berprestasi yang sesungguhnya, bekukan PSSI, lahirkan OSI. Bersihkan semua pihak yang masih berbau PSSI dari OSI.

Dengan begitu, mungkin mimpi publik sepak bola nasional dapat terwujud, dapat melhat Timnas Indonesia berprestasi, sebab nantinya tidak akan ada pengurus PSSI yang bermental mafia. Tidak ada pemain Timnas yang gagal kecerdasan otak dan kepribadian.

Sebelum itu terwujud, semoga semua pihak terkait di Liga 2 dan Liga 3 harusnya bersatu, menuntut PSSI. Tetapi, rasanya langkah itu juga akan sia-sia. Sebab, sepertinya, ada.pihak Liga 1, Liga 2 dan Liga 3 yang sudah bermain dengan Exco PSSI, sehingga ke luar putusan Liga 1 tanpa degradasi, Liga 2 dan Liga 3 di hentikan. Keren. Tapi skenarionya mudah dibaca!!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun