Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Gagal Menjinakkan Attitude Pemain Timnas, STy Tidak Pakai Pedagogi ala Indra, Fakhri, dan Bima?

3 Januari 2023   10:44 Diperbarui: 3 Januari 2023   10:46 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terakhir, sentuhan Bima Sakti Tukiman yang menjadikan Timnas Indonesia U-16 raja Piala AFF U-16 edisi 2022. Bima Sakti membuktikan ramuannya saat membawa Timnas Indonesia U-16 menaklukkan Vietnam dengan skor 1-0 di final pada 12 Agustus 2022.

Yang sangat saya perhatikan, baik Indra, Fakhri, mau pun Bima, ketiganya mampu menjadi guru bagi para pemain Timnas. Meski tidak mendapatkan ilmu dan teori tentang pedagogi serta pemahaman Taksonomi Bloom tentang perkembangan anak/orang dalam hal kognitif, afektif, psikomotir, tetapi dengan caranya baik secara teoritis kepelatihan atau memahami pedagogi secara otodidik, ketiganya mampu menjinakkan hati, mental, emosi, attitude, kepribadian, rasa tahu diri, rasa malu, tidak egois, tidak individualis, dll terkait afektif/personality serta mampu mendidik kognitif/otak pemain untuk cerdas.

Buntutnya, ketiganya mampu menunjukkan Timnas yang diampunya, setiap berlaga dapat menghibur dan menyenangkan hati publik sepak bola Indonesia hingga sampai mempersembahkan tropi juara. Apa sebabnya?

Meski asal pemain Timnas yang diampunya berasal dari belantara yang sama, yaitu Indonesia yang di dunia pendidikan terus hobi terpuruk dan tercecer, apalagi di sepak bola, publik dapat menyaksikan anak-anak Indonesia nampak bermain cerdas otak, cerdas kepribadian, cerdas teknik, dan fisik. Meraih juara pun yang disingkirkan Thailand dan Vietnam.

Semua dapat terjadi karena Indra, Fakhri, dan Bima memiliki kemampuan pedagogi ala mereka. Ada pendekatan individu kepada para pemain, ada pendekatan sosial, agama dll. Sehingga para pemain jinak, tahu siapa diri mereka, tahu diri, tahu malu, tahu menjadi duta bangsa, dan tahu-tahu yang lainnya.

Seharusnya, sebagai estafet dari Timnas Yunior, di level senior, Timnas Indonesia semakin berjaya. Tetapi, faktanya, meski kini Garuda di asuh STy, STy pun gagal membimbing para pemain untuk cerdas otak/kognitif/intelegensi dan afektif/kepribadian/personality.

STy harus dibantu psikolog

Kembali ke Timnas Piala AFF, apakah PSSI tidak menyiapkan psikolog untuk para pemain? Bukti empat laga dengan pemain yang tetap bebal, selalu memeragakan tabiat buruk, dan publik gemas dengan pemain yang senang gocek merasa seperti Messi atau lainnya, selalu egois, tidak pernah kompak dll, memang harus dikembalikan kepada si pelatihnya.

Yah, STy gagal mendidik dan membina para pemain, pun saya pikir dengan kemampuan bahasa yang terbatas untuk komunikasi langsung dengan para pemain secara individu, menjadi hambatan paling besar.

Para pemain pasti tidak mendapat asupan pendekatan personal yang kualitas dari STy, seperti yang dilakukan oleh Indra, Fakhri, dan Bima.

Indra, Fakhri, Bima, tahu para pemain yang dipilihnya dari belantara sepak bola Indonesia mana, jadi cara mendekatinya pasti disesuaikan dengan latar belakang, kondisi sosial, ekonomi, dll para pemain. Apakah STy melakukan itu kepada para pemain? Saya pikir tidak. Mungkin selama ini STy menyamaratakan kondisi semua pemain dan menghadapinya dengan cara yang sama seperti STy mengasuh Timnas Korea Selatan.

Empat laga yang sudah dilewati, adalah bukti, STy tidak mampu memperbaiki otak dan attitude pemain. "Hanya keledai yang jatuh ke lubang yang sama dua kali." pepatah ini tentu sudah akrab sekali di telinga kita. Seseorang yang tak bisa mengambil hikmah dari kesalahan yang sama diibaratkan sama dengan keledai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun