Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ayo Refleksi Diri Penggawa Timnas, Jadikan Filipina Kendaraan untuk Raih Juara Grup

30 Desember 2022   10:21 Diperbarui: 30 Desember 2022   11:18 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya juga heran dengan netizen/warganet +62. Tidak juga berpikir cerdas,  malah menyalahkan strategi Shin Tae-yong (STy). Lucu, taktik STy justru dikritik. Bahkan disebut terlalu banyak bereksperimen.

Disebut pula punya kesalahan terbesar saat menarik Rachmat Irianto di menit ke 75 yang berposisi sebagai gelandang bertahan. Sebab, berselang empat menit dari pergantian Rachmat, Timnas Indonesia malah kebobolan gol penyeimbang. Padahal, gol terjadi dari kebodohan Asnawi.

Netizen, melek matalah. Strategi STy jitu. Garuda tidak harus bermain cantik, tetapi mudah kebobolan. Strategi bermain tertutup alias bertahan dan melakukan serangan balik, adalah tepat. Terbukti, saat serangan balik dilakukan, hampir selalu terjadi peluang mencetak gol. Hingga akhirnya gol tercipta. Itu juga dari skema serangan balik yang berbuah pinalti.

Menyoal pemain yang diturunkan siapa, saya pikir STy lebih tahu dan punya alasan kuat. Sehingga secara keseluruhan, soal taktik dan strategi, apa yang harus dipersalahkan.

Lihatlah para pemain yang dipercaya turun. Apakah sudah mengeluarkan kemampuan TIPSnya dengan benar dan baik? Harus obyektif, pemain kita kebanyakan lebih mengedepankan tabiat bodohnya.

Siapa pun pelatih yang menangani Garuda, akan selalu mengalami masalah yang sama. Jangankan mudah meraih juara, untuk menang mudah menghadapi lawan lemah saja susah. Apalagi menang lawan tim cerdas semacam Thailand dan Vietnam yang sampai pakai akal licik.

Ekspetasi sesuai kondisi

Hasil imbang vs Thailand harus disyukuri. Sebab itulah ekspetasi yang sesuai kondisi. Bukan ekspetasi sekadar mimpi, tidak mau melihat fakta dan kenyataan diri. Malah menyalahkan taktik dan strategi pelatih lagi.

Perjuangan Garuda untuk meraih gelar perdana Piala AFF di episode 2022 ini, masih bisa diharapkan. Masih ada lawan Filipina, yang bisa dijadikan kendaraan meraih Juara Grup A. Itu pun bila para pemain yang dipercaya turun menyadari bahwa dari laga-laga yang telah dilewati selalu bermain tidak cerdas otak (Intepegensi) dan kepribadian, mental, emosi, egois dll (Personality).

Tolong, tanggalkan tabiat bodoh itu. Cerdaslah dan tidak perlu licik. Berpikirlah untuk lolos semi final sebagai juara Grup A agar tidak langsung jumpa Vietnam di Semi Final. Raih kemenangan atas Filipina dengan banyak gol hasil kerjasama kolektivitas tim, lenyapkan tradisi membuang peluang mencetak gol. Cetak gol bukan kerja individu dan egois.

Dan paling penting, refleksi dirilah para pemain Timnas. Tanpa refleksi diri, belajat dari kesalahan tabiat bodoh akan terus melekat, susah cerdas dan cerdik. Susah membawa Timnas menang dan raih tropi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun