Ternyata, menyoal smart meter ini, PLN sebagai BUMN yang tentu terkait dengan uang rakyat, telah menggandeng perusahaan China. Hal ini pun telah diberitakan oleh beberapa media massa nasional, pada Selasa (28/12/2022). Bahkan dikutip pernyataan:
President of State Grid Corporate of China Zhang Zhigang menyatakan mendukung penuh langkah PLN dalam berkembang ke dalam transisi energi. Ia sepakat, bahwa dalam transformasi dan transisi energi dibutuhkan sistem jaringan berbasis digital, sehingga lebih efisien dan akuntabel.
"Kerja sama ini sangat baik untuk memperkuat ketahanan energi kedua negara. Saya percaya bahwa kerja sama yang sukses akan semakin meningkatkan kesuksesan kedua perusahaan ke depan," jelas Zhigang.
Perlu saya ungkap, bahwa terkait smart meter yang dihadirkan oleh PLN ini, selain dipertanyakan mengapa harus bekerjasama lagi dengan China, netizen atau warganet Indonesia juga banyak yang mempersoalkan mengapa harus hadir smart meter.
Sesuai kesimpulan saya di atas, ternyata, masyarakat pun sudah menulis di kolom komentar berita-berita menyangkut kehadiran smart meter ini. Komentarnya pun saya kutip, tetapi saya bahasakan sederhana, seperti berikut:
1) Smart meter=lahan mega korupsi. Kemarin token, sekarang smart. Habis APBN mengeyangkan koruptor. Rezim siapa ini?
2) Hanya berbeda sedikit sama model meteran lama dan token, data pemakaian bisa dilihat. Ini biasa, promo, tetapi menghamburkan uang rakyat. Dan, siap-siap rakyat mengeluarkan isi dompet buat smart meter.
3) Rakyat pedesaan susahnya minta ampun. Yang duduk manis menjabat selalu ingin yang baru, yang lebih efisien. Bersembunyi di balik digitilasasi dan kebijakan, selalu membuat rakyat pusing, dan menderita.
4) Smart meter, harus dengan China? Ada apa sih? Tapi rakyat tahu lah.
5) Bukankah dengan sistem token PLN sudah diuntungkan? Karena pelanggan tidak menungga. Sekarang smart meter dananya dari mana? Rakyat juga yang kena getah. Tetapi nanti beritanya, rakyat hanya mendengar BUMN rugi. Siapa yang makan uang rakyat?
6) Luar biasa, TV analog ke digital. BBM ke listrik. LPG ke induksi. konvensional ke smart meter, Kereta Jakarta ke Bandung. Ibu Kota Jakarta ke Kalimantan. Siapa itu?