Sejatinya, STy sendiri menilai Thailand sebagai lawan sepadan Timnas Indonesia di lanjutan laga fase Grup A Piala AFF 2022. Dan, seharusnya ekspetasi STy benar. Pasalnya, ada indikator kemampuan sepandan antara pemain Indonesia dan Thailand.
Lalu, indikator sepandannya di bagian apa ya? Cara membedahnya adalah dengan melihat detail dari kemampuan teknik, intelegensi, personality, dan speed (TIPS) pemain kedua tim.
Untuk TIPS sendiri, pondasinya adalah intelegensi (otak) dan personality (kepribadian/hati). Percuma mumpuni dalam teknik dan speed dalam bermain sepak bola, tetapi miskin otak dan hati alias bodoh, egois, individualis, tidak tahu diri, tidak mengukur diri, tidak bekerjasama, tidak percaya teman, ingin menonjol sendiri, ingin dilihat hebat sendiri, dll.
Catatan saya dari dua laga yang sudah dilakoni oleh Thailand dan Indonesia, saya setuju dengan STy bahwa Thailand lawan sepandan bagi Garuda. Tetapi sepandan apanya? Ya, sementara yang sepandan baru di indikator tekniknya. Tetapi kemampuan teknik para pemain Thailand terjaga dan konsisten, sebaliknya pemain Indonesia sangat  mudah membuat kesalahan elementer seperti passing, control, hingga shooting yang lemah dan sering tidak akurat.
Mengapa kemampuan teknik para pemain Thailand kualitasnya konsisten terjaga? Analisisnya adalah karena mereka cerdas otak dan cerdas kepribadian, maka kualitas tekniknya terjaga oleh kecerdasan otaknya. Maka, setiap kali bermain, kekompakan, kerjasama, kesatuan, keutuhan tim selalu terjaga dan nomor satu, di banding sikap egois, individualis, serakah, tidak percaya teman.
Melihat permainan Thailand, selalu identik dengan permainan cerdas otak dan kepribadian, maka cerdas teknik dan speed (fisik). Bermain untuk tim, bukan individu atau pertemanan atau per kelompokan dalam tim, yang sudah pasti bukan hanya merusak tujuan tim yang diskenario sesuai taktik dan strategi, pun praktiknya, permainan tidak berkembang dan rusak.
Dengan kondisi ini, maka kita akan selalu melihat pemain Indonesia sangat mudah diperdaya oleh pemain Thailand. Sangat mudah dipancing emosinya. Jadi, Thailand cukup bermain otak dan mental selama memperdaya dan mengalahkan Garuda.
Lihatlah dalam laga terbaru. Meski STy merotasi pemain, tetapi kualitas teknik pemain yang diturunkan tetap jauh di atas pemain Brunei. Ada catatan negatif yang perlu para pemain sadari karena selama ini, mereka lebih banyak hanya mementingkan diri, menonjolkan diri, egois dan individualis, sebab miskin hati dan pikiran.
Pertama, menang 7 gol tanpa balas. Siapa yang mencetak 7 gol? Yang mencetak 7 nama pemain. Apakah dari 11 pemain semuanya ingin mencetak gol? Jawabnya, kecuali kiper. Jadi, 10 pemain Indonesia saat bermain, semuanya bernafsu mencetak gol. Yang akhirnya berebut ingin namanya tercatat di papan skor ada 7 pemain. Artinya dari 15 pemain yang diturunkan oleh STy dalam tersebut, ada 7 pemain di luar kiper yang juga bernafsu mencetak gol, tetapi tidak dapat kesempatan atau tidak dikasih kesempatan oleh pemain yang egois lainnya. Sehingga dari sejumlah peluang yang seharusnya dapat dikonversi menjadi gol, jadi
Kedua, masih laga kontra Brunei, saat waktu masih cukup panjang, beberapa pemain Indonesia malah nampak mengulur waktu dengan cidera yang secara logis tidak perlu sampai bergulingan dan sampai ditolong petugas medis. Sebab, Garuda masih sangat memungkinkan menggelontor gol ke gawang Brunei. Ini juga penyakit miskin hati dan pikiran. Bukannya memburu gol demi tabungan untuk membantu catatan lolos ke semi final. Malah tidak ada pikiran, waktu diulur.
Ketiga, saat meladeni Kamboja, sikap miskin hati dan pikiran juga sangat dominan, hingga menjadi paket penampilan yang sangat mengecewakan Garuda. Membuang banyak kesempatan dan peluang mencipta gol. Plus permainan yang jauh dari harapan.