Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menyiram Kotoran di Kloset Duduk, Tutupnya Ditutup

18 Desember 2022   07:40 Diperbarui: 18 Desember 2022   08:04 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Tangkapan layar Youtube Universitas of Colorado Boulder


Kendati zaman sudah maju, namun sebab pendidikan di Indonesia masih tercecer, maka sekadar memahami tentang mengapa ada kloset duduk dan jongkok, dan bagaimana cara menggunakannya dengan benar, sebagian besar dari masyarakat kita masih tidak memahami. 

Studi kloset 24 tahun lalu

Dalam praktik kehidupan sehari-hari, saat saya melakukan studi pemeranan untuk kebutuhan pementasan Opera Sembelit, produksi Teater Koma, Juli-Agustus 1998, sekitar 24 tahun yang lalu, saat itu saya memperoleh kesimpulan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia lebih familiar dengan kloset duduk. Pasalnya, hal ini sudah menyangkut kebiasaan. 

Karenanya, banyak masyarakat yang menyalahgunakan fungsi kloset duduk dengan tetap menggunakannya sama seperti kloset jongkok. Mirisnya, sebab tidak terbiasa dengan kloset duduk, masyarakat kita sangat sembrono ketika menggunakan kloset di tempat-tempat umum. Caranya saat buang air besar, tetap saja kakinya naik di kloset duduk, dan buang air besar dengan jongkok.

Selain membahayakan dirinya sendiri karena kloset sangat rentat pecah, kloset duduk di tempat-temput umum, rata-rata benar-benar sudah tidak layak digunakan sebagai kloset jongkok karena sudah pasti kotor diinjak oleh pengguna yang budayanya buang air besar dengan jongkok. Jongkok di kloset duduk pun tetap dengan alas kaki (sendal/sepatu). Ini sangat mudah ditemui faktanya di toliet-toilet umum.

Kemudian, saat menyiram kotoran pun, tetap membiarkan tutup kloset terbuka, karena tidak paham bahaya menyiram kloset duduk dalam kondisi tutup terbuka. Pun meninggalkan jejak alas kaki di kloset duduk yang juga dibiarkan kotor oleh sepatu atau sendalnya.

Sementara, bagi masyarakat yang sudah moderen dan di rumahnya rata-rata menggunakan kloset duduk, juga masih banyak yang belum paham tentang fungsi tutup kloset duduk.

Harus dipahami bahwa kini, setelah 24 tahun studi saya lakukan, yang seharusnya setiap ke kamar kecil atau toilet atau WC (Water Closet) atau jamban saat membuang kotoran urin atau tinja (feses), khususnya di closet (kloset) duduk, seharusnya menyiram kotoran dalam kondisi tertutup, ternyata tetap saja masih banyak yang belum paham.

Apakah selama ini kita memahami mengapa kloset duduk ada tutupnya? Apakah tutup kloset duduk hanya aksesoris? 

Eksperimen University of Colorado

Saya kutip dari vice.com (12/12/2022), tim ilmuwan dari University of Colorado Boulder, Amerika Serikat, Profesor teknik John Crimaldi dan rekan-rekan telah bereksperimen dengan sinar laser untuk memperlihatkan betapa joroknya kebiasaan menyiram kotoran di kloset duduk tanpa terlebih dahulu menutup tutupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun