Teruslah rendah hati, belajar bagaimana menghargai dan mengakui orang-orang hebat yang ada di sekeliling kita, di dekat kita, di lingkungan kita, sampai diakui lingkungan dunia, karena kita tak akan mampu menyaingi kehebatannya, di masanya.
(Supartono JW.11122022)
Bagi lawan, dengar namanya saja sudah ancaman dan beban psikologis, apalagi CR7 benar-benar ada di dalam lapangan. Itulah tentang CR7 sampai detik sebelum kick off Maroko vs Portugal.Â
Tanpa CR7 sejak menit pertama sampai menit ke-50, Maroko bermain nyaman karena tidak ada ancaman bernama CR7 yang hadir di lapangan. Baru di menit ke-51 hingga wasit meniup laga berakhir, Maroko terus ada dalam ancaman hanya karena sudah ada CR7 di lapangan.
Apa udang di balik batu, Santos?
Dalam kasus mencadangkan Cristiano Ronaldo (CR7), sampai menjadi pelatih yang ikutan terkena karmanya sendiri karena menyepelekan CR7, Fernando Santos yang membuat Selecao das Quinas tersingkir dari Piala Dunia 2022 ditekuk Maroko di babak perempat final Piala Dunia 2022 yang digelar di Stadion Al Thumama, Doha, Qatar, Sabtu (10/12/2022) malam WIB, ternyata melakukan penyepelean karena memang tidak pakai hati.
Santos saya sebut memang tidak punya hati  dan diakuinya sendiri selepas tersingkir karena meremehkan Ronaldo, maka tidak akan lahir pikiran yang benar dan bersih? Sebab, dalam kasus mencadangkan CR7, Santos menggunakan kepala. Hati bersih akan melahirkan apa yang ada di dalam kepala (otak/pikiran) jadi benar dan bersih.
Santos mungkin tidak tahu harapan pelatih Maroko sebelum laga, yang berharap CR7 kembali dicadangkan.
"Saya berharap dia tidak akan (bermain)," kata pelatih Walid Regragui tentang Ronaldo. "Sebagai pelatih, saya tahu dia adalah pemain terbaik dalam sejarah dan jadi saya akan senang jika dia tidak bermain," imbuhnya.
Dan, pengumuman tim Portugal sekitar 90 menit sebelum pertandingan di Stadion Al Thumama sangat ditunggu-tunggu karena Ronaldo bersiap untuk bermain di perempat final Piala Dunia hanya untuk kedua kalinya dalam karirnya yang cemerlang atau gagal tampil karena kembali dicadangkan.
Santos yang menurut saya buta hati dan pikirannya tidak bersih, tetap ingin mengecilkan keberadaan CR7. Seolah ingin pamer kepada dunia, bahwa dalam kepemimpinannya, tanpa peran CR7, Santos bisa berhasil membawa Portugal bersinar di Qatar.
Santos pun buta dan tuli atas fakta Ronaldo yang menyebut namanya saja, selalu sudah menebar ancaman bagi lawan-lawannya.
Karenanya, Walid dan pasukan Maroko pun tentu bersorak saat tahu CR7 kembali dicadangkan. Walid dan pasukan Maroko pun tidak perlu ambil pusing, karena ketiadaan CR7 sama artinya, Maroko hanya akan meladeni tim yang biasa-biasa saja.Â
Santos benar-benar lupa ingatan bahwa saat ini, Portugal masih=CR7. Santos pun membiarkan Maroko tanpa ancaman berarti sepanjang 50 menit.Â
Sebagai manusia yang punya hati, Santos pasti mengakui dalam dirinya, saat akhirnya menurunkan CR7 di menit 51. Sejak itu, sampai wasit meniup babak kedua usai, Maroko terus dalam ancaman karena keberadaan CR7. Santos juga pasti sadar, telah salah menyimpan Ronaldo.Â
Santos pun pasti melihat, bagaimana Pepe menyematkan ban kapten yang tadinya melekat di lengannya, ke lengan CR7 dengan sangat hormat. Dunia pun melihat.
Demi menutupi kesalahan dan pikiran yang tidak bersih karena ingin lebih menojol dan lebih hebat dari CR7 di Qatar, Santos justru membongkar aib sendiri. Mencadangkan CR7 karena benar tidak pakai hati. Bahkan pantang menjilat ludah, Santos kekeh menyebut TIDAK MENYESAL, mencadangkan CR7 karena tim yang mengalahkan Swiss, adalah komposisi terbaiknya. Santos pun lupa, Maroko kali ini, bukan selevel Swiss.
Dalam konferensi pers selepas laga, Santos yang tidak punya hati pun mengaku sama sekali tak menyesali keputusan tersebut.
"Saya tidak menyesal mencadangkan Ronaldo," kata Santos seperti dikutip dari Daily Mail.
"Itu tidak mengubah apapun."
"Saya menurunkan tim yang bermain dengan sangat baik melawan Swiss dan tidak ada alasan untuk mengubahnya saat menghadapi Maroko."
Santos pun tetap tidak malu hati dan malah tetap membela diri:
"Keputusan soal strategi yang harus saya ambil tadi adalah salah satu yang tersulit, tapi saya tidak bisa berpikir dengan hati saya."
"Saya harus berpikir menggunakan kepala saya."
"Ini bukan soal Ronaldo bukan lagi seorang pemain hebat, hal itu tidak ada hubungannya," tutur kakek Santos yang kini memang sudah berusia 68 tahun.
CR7=Messi=Neymar=milik dunia
Santos... Santos... lihatlah bagaimana dunia bersedih atas perbuatan konyol Anda. Seluruh dunia ingin melihat CR7, sama seperti seluruh dunia ingin melihat Neymar dan Messi yang tetap menjadi pemain yang mampu menghibur publik sepak bola dunia.Â
Anda tidak mungkin mampu menyaingi kehebatan CR7. Cara Anda membunuh karakter dan mengecilkan CR7, yang mungkin demi ambisi pribadi tetap terbaca. Ingat, sampai detik sebelum Maroko melumat Portugal, publik sepak bola dunia menanti CR7 tampil. Karena CR7=Portugal. CR7=Messi=Neymar, seluruh jagad ini bangga ada nama-nama mereka yang menjadi daya tarik sepak bola dunia. Kemungkinannya lagi, ini adalah Piala Dunia terakhir bagi CR7 dan Messi.Â
Tapi kehadiran CR7 yang bugar, dikecilkan, disepelekan. Satu di antara Daya Tarik Piala Dunia Qatar dikucilkan, maka siapa menanam, maka memetik. Santos telah menuainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H