Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Bola

Fondasi yang Tidak Diurus, Memercik Muka Sendiri

1 November 2022   11:59 Diperbarui: 1 November 2022   12:08 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fondasi adalah dasar bangunan yang kuat, biasanya (terdapat) di bawah permukaan tanah tempat bangunan itu didirikan atau fundamen. Makna fondasi ini pun memiliki perluasan makna yang mengartikan fondasi tidak sekadar arti denotasi (arti sebenarnya) tentang bangunan rumah, tetapi dikonotasikan untuk semua hal, fondasi dianalogikan untuk semua persoalan yang pada intinya, apa pun bentuk perbuatan/sikap/perilaku/pekerjaan/dll fondasinya wajib kuat, kokoh (bangunan fisik), berkualitas, kompeten, profesional, dan sejenisnya untuk Sumber Daya Manusianya (SDM)nya.

Sebagai analogi, pada umumnya, material inti/utama untuk membangun fondasi rumah (fisik) yang lazim agar kuat dan kokoh terdiri dari besi cor, batu, semen, pasir, dan masih ada yang ditambah kapur. Kini, di zaman moderen, material fondasi sudah baku paketnya, yaitu besi, pasir, dan semen, penggunaan batu sudah berkurang.

Bila, pemilik rumah adalah SDM yang profesional, berkompeten, berkualitas, namun siapa yang dipercaya mengerjakan pembangunan rumah adalah SDM yang licik, maka fondasi rumah pun bisa berbahaya dan membahayakan pemilik rumah, sebab pekerja yang membangun (tukang/pemborong) nakal dengan mengurangi komposisi material yang tidak sesuai aturan/spesifikasi, maka dipastikan kokohnya rumah hanya kamuflase, dan setiap saat, rumah dalam bahaya rubuh atau hancur. Apalagi bila pemilik rumah adalah SDM yang tidak profesional, tidak berkompeten, tidak berkualitas, maka akan menjadi makanan empuk tukang/pemborong bangunan yang licik, yang bukan saja akan mengakali fondasi rumah, tetapi seluruh fisik bangunan rumah. Terbayang bagaimana kualitas rumah bila pembangunannya sudah rampung dan ditempati.

Rumah yang fondasinya dibangun dengan benar, kokoh dan kuat, lalu seluruh fisik rumah juga dibangun secara benar, akan tidak berarti bila pemilik rumahnya orang yang tidak profesional, tidak berkompeten, tidak berkualitas dalam pemahaman dan perawatan rumah. Rumah akan tetap cepat rusak.

Begitu pun bila fondasi rumah tidak kuat, meski pemiliknya SDM yang profesional, kompeten, dan berkualitas, tetapi karena rumahnya bukan dibangun sendiri (beli), meski pun dirawat dengan benar, maka si pemilik tidak tahu karena setiap saat rumah miliknya akan rusak atau hancur oleh kondisi alami atau kondisi lainnya.

Dari analogi tersebut, suporter dan sepak bola akar rumput adalah sama dengan fondasi bagi kokoh dan kuatnya PSSI yang bertanggungjwab atas sepak bola nasional. Saya bisa menyebut, suporter ibarat semen, sementara sepak bola akar rumput ibarat pasir. Kita tahu bagaiaman karakter semen dan pasir, namun bila keduanya disatukan dengan adonan yang pas, maka akan menjadi sangat kuat.

Kini, masalah suporter yang tidak diurus serius, yang seharusnya menjadi pekerjaan utama PSSI, justru memercik muka sendiri. KLB pun menjadi jawaban pertanggungjawaban moral. Tetapi, apakah KLB akan membuat sepak bola nasional membaik? Sementara hal yang tipis-tipis seperti masalah suporter dan sepak bola akar rumput yang tidak pernah diurus dengan benar, justru menjadi bumerang dan berujung menjadi kisah Tragedi yang memalukan, menyedihkan, mengecewakan. Apakah dengan KLB, fondasi sepak bola nasional yang kokoh dan kuat, suporter dan sepak bola akar rumput akan menjadi anak tiri kembali, hingga kepengurusan PSSI yang baru Menepuk air di dulang terpercik muka sendiri, lagi?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun