PSSI=voters=statuta=tidak dapat diintervensi. Bisa apa, bila jalankan kegiatan sepak bola di wilayah RI, Pemerintah  dan Kepolisian tidak merestui?(Supartono JW.21102022)
Membaca apa yang disampaikan oleh juru bicara PSSI, Achmad Riyadh di Mapolda Jatim, Kamis (20/10), buntut dari Tragedi Kanjuruhan, yang dirilis beberapa media nasional, saya hanya dapat mengelus dada.
Pasalnya, meski Achmad Riyadh, berjanji PSSI akan melakukan transformasi dan mengubah aturan-aturan menjadi lebih baik. beberapa pernyataan Riyadh, membuat saya tersenyum, tetapi "Sedih".
Tragedi Kanjuruhan, FATAL
Jelas, bahwa sejak Tragedi Kanjuruan yang FATAL terjadi, banyak pihak menuntut petinggi PSSI untuk mundur dan melakukan revolusi dalam organisasi tersebut. Apalagi tragedi Kanjuruhan usai laga Arema Malang vs Persebaya Surabaya, terbaru, korban meninggalnya bertambah menjadi 134 orang.
Logis, bila pengurus PSSI mundur sendiri tanpa harus diminta. Sebab, ini masalah nyawa sampai melayang, penanggungjawab kompetisinya PSSI. Sampai tragedi terjadi, suporter juga belum pernah diurus dengan serius.Â
Jadi, permintaan mundur sangat logis, akibat kesalahan yang sangat fatal dari PSSI, tidak mengurus suporter, mengabaikan keamanan dan jadwal laga.
Ternyata, dengan adanya kesalahan yang begitu fatal, Achmad Riyadh malah pasang badan dan berjanji organisasinya akan melakukan transformasi dan mengubah aturan-aturan menjadi lebih baik. Riyadh, bukan itu yang dimaksud?
Tidak usah berdalih, PSSI akan membuktikan janji? Sebab, selama ini pun, publik tahu, di ke mana kan, masukan-masukan ke PSSI itu? Berapa masukan yang ditanggapi? Buka ke publik apa yang sudah PSSI perbaiki sesuai masukan-masukan, kritik, dan saran?Â
Jujur saya tertawa atas pernyataan ini:
"PSSI perlu pengamat, perlu suporter, perlu memberikan masukan agar PSSI jadi lebih baik. Ini yang harus dilaksanakan untuk memperbaiki PSSI," ujar Riyadh.