Para voters pun sudah cukup nyaman, sebab setiap ajang Kongres, adalah mesin uang mereka. Terlebih bila Kongres  Luar Biasa (KLB). KLB menjadi lahan mengais pundi-pundi uang bagi para voters. Siapa calon Ketua Umum yang upetinya lebih besar, maka voters pun akan menjatuhkan pilihannya kepada calon yang lebih berduit. Tidak peduli apakah uang upeti dari calon ketua atau sponsornya atau partai politik yang ada di belakangnya dan sangat berkepentingan dengan sepak bola sebagai kendaraan politik.
Mengapa Iwan dan jajaranya malah terkesan adem ayem dan tidak mau bertanggungjawab apalagi mundur, karena mereka.memiliki benteng kekuasaan yang sangat kokoh, bernama voters.
Mirisnya, saat semua mata dan hati  bersedih berduka atas Tragedi Kanjuruhan, Komisi Disiplin PSSI malah aji mumpung, menjatuhkan hukuman denda 250 juta kepada Arema FC.
Terkait hal ini, publik sepak bola nasional sangat paham, bahwa selama ini, suporter dan problematikanya, adalah mesin uang  bagi PSSI. Bila suporter cerdas, tertib, tidak bikin rusuh, dan sejenjisnya, maka PSSI tidak akan mendapat pemasukan segar dari denda kepada Klub, atas kelakuan suporter yang melanggar regulasi kompetisi.
Jadi, kemungkinan Iwan Bule dan jajarannya mundur, bukan hanya tergantung pada voters. Tetapi siapa yang masih memiliki kepentingan dengan PSSI, di luar hati nurani Iwan dan jajarannya sendiri, atas Tragedi Kanjuruhan, serta tidak diurusnya suporter sepak bola nasional dengan benar hingga saat ini.
Edukasi suporter, masalah atau solusi?
Ketua Umum PSTI Ignatius Indro di Kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) RI, Jakarta, Senin (17/10), selain mengatakan PSSI merupakan salah satu pihak yang harus bertanggung jawab atas Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 132 orang, juga mengaku sering berkomunikasi dengan Iwan Bule untuk menyampaikan kritik terkait edukasi terhadap suporter.
"Kita berapa kali komunikasi langsung dengan Ketua Umum PSSI Iwan Bule. Bahkan setiap kritik yang kita sampaikan langsung WhatsApp ke beliau, dan beliau menanggapi. Namun kita tidak melihat kinerjanya untuk suporter sampai sejauh ini. Bagaimana edukasi itu, dilakukan seperti apa, kita tidak melihat," ucap Indro.
"Bahkan masalah rivalitas sendiri ini, antar-klub menjurus ke kekerasan ini, tidak ada pelatihan-pelatihan khusus, terutama fans yang sampai akar rumput. Kalau di tingkatan pimpinan-pimpinan komunitas sih sudah beres-beres saja," ujar Indro.
Setali tiga uang dengan apa yang diungkap Indro, maka edukasi suporter sampai akar rumput, yang sewajibnya dilakukan dengan program terstruktur, komprehensip, dan berjenjang adalah solusi yang tidak pernah basi. Tapi, bila suporter diedukasi dan menjadi tertib, sepertinya akan jadi masalah bagi PSSI.
Saya yang sudah diundang oleh Pusat Pengelola Komplek Gelora Bung Karno (PPKGBK) sebagai Nara Sumber untuk mengatasi suporter rusuh dan anarkis di Stadion GBK 2018 dan sudah membuat Panduan Edukasi Suporter Sepak Bola Indonesia (PESSI) hanya bisa tersenyum.