Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Inilah Sejarah 23 Tahun, Kiprah SSB di Sepak Bola Indonesia

28 Juni 2022   22:11 Diperbarui: 29 Juni 2022   07:40 1828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai pengamat dan praktisi pendidikan, sastra, sosial, dan sepak bola, atas kondisi yang ada, saya mulai mendorong PSSI agar melakukan pengawalan terhadap aset persepakbolaan akar rumput Indonesia dengan menulis artikel Memantapkan Kedudukan SSB (Selasa, 10 Agustus 1999) di Tabloid GO.

Tak henti saya mengangkat persoalan SSB dan yang melingkarinya melalui artikel-artikel di Tabloid GO hingga Harian TopSkor dan media cetak da online lainnya. Namun, pembinaan di wadah yang bernama SSB nyatanya tetap harus berjalan di luar cengkaraman program PSSI.

Padahal, saat PSSI tetap tak bergeming, saya menulis Surat Terbuka dalam majalah Garda melalui artikel dengan judul Delima Sekolah Sepakbola yang tayang pada 21 Februari 2001.

Salah kaprah, tak paham

Sepakbola sebagai olahraga yang paling digemari lalu jumlah penduduk Indonesia yang besar, menjadikan wadah SSB sangat mudah dibentuk oleh organisasi hingga ke perorangan. Namun, karena tidak ada standarisasi. Tidak ada yang mengawasi. 

Bahkan tumpang tindih ada SSB ada Akademi, ada Diklat. Tetapi dalam sebuah festival/turnamen/kompetisi yang bernama SSB, yang gaya-gaya-an pakai nama Akademi dan Diklat bergabung menjadi satu. Lucu. Semua ini terjadi karena sebagian besar hanya ikut-ikutan. Tidak paham dan tidak mengerti tentang wadah SSB itu seharusnya bagaimana. Apalagi Akademi atau Diklat.

Meski PSSI telah melegitimasi pembinaan SSB ada di bawah naungan Asprov, Askab, dan Askot, namun karena keberadaan SSB tetap harus merupakan afiliasi dari Klub anggota, maka kompetisi Piala Soeratin pun pesertanya atas nama Klub, walau pun pemain di bina oleh SSB.

Kegiatan berbau SSB akhirnya tetap dikendalikan oleh individu penggila sepakbola dan pihak swasta yang memiliki kepedulian terhadap sepakbola akar rumput ini.

Sejak 2001 saya inisiasi

Belajar dari MKST 1999, saya menginisiasi lahirnya Asosiasi SSB Kota Depok (ASSBD) Juli 2001.

Belajar dari MKST 1999 juga, maka untuk meresmikan berdirinya ASSBD, saya lahirkan Kompetisi Piala Sukmajaya 2001. Dan dari cikal bakal, saya pun menginisiasi lahirnya festival, turnamen, dan kompetisi SSB, mulai dari tingkat Kota, Jabodetabek, Antar Provinsi, dan Tingkat Nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun