Di sisi lain, publik sepak bola nasional yang menyadari bahwa Trofeo Ronaldinho, adalah panggung Ronaldinho.untuk unjuk aksi sebagai legenda sepak bola dunia. Menyadari Ronaldinho sudah tidak muda dan mustahil dapat bermain serius.Â
Apalagi masih sangat jet lag, akibat perjalanan jauh antar zona benua sampai ke Jakarta, dan baru tiba di Malang hanya beberapa jam sebelum Trofeo digelar, hanya berharap dapat tontonan menghibur yang disajikan Ronaldinho, ada gocekan khasnya, ada selebrasi joget sambanya, dan hal-hal khas dari Ronaldinho semasa jayanya.
Pahami profesional dan fun
Atas kondisi yang tersaji, maka Trofeo Ronaldinho pun mengecewakan publik sepak bola nasional dan dunia. Ronaldinho seperti tidak dihargai. Semua pemain malah unjuk gigi sendiri. Tidak dapat membedakan mana kerja profesional yang seharusnya dipertunjukkan untuk apa. Dan tidak paham sepak bola fun, yang di dalamnya hadir legenda sepak bola dunia.
Lebih miris, nampaknya yang punya kepentingan membuat acara, panitianya, para pelatih, juga membiarkan aksi para pemain yang ngotot dan serius, meski dari ketiga tim, semua pelatih tetap duduk di bench pemain. Menandakan para pelatih sejatinya paham, ini sekadar laga fun.
Atas drama Trofeo Ronaldinho yang memilukan ini, sekali lagi menunjukkan betapa rendahnya intelegensi dan personality para pemain yang terlibat dan dilibatkan, juga pihak yang terlibat di dalamnya.
Semoga, Ronaldinho memaafkan kejadian Trofeo atas namanya yang tentu tidak sesuai ekspetasinya. Dan semoga, bila ada pihak lain yang menghadirkan bintang lengenda dunia, tidak mempermalukan diri sendiri dan mempermalukan Indonesia di mata dunia, karena tak cerdas, sehingga tak paham dengan apa yang seharusnya terjadi, di dalam acara yang digagasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H