Dalam praktik kehidupan nyata, mulai dari kehidupan sosial di dalam keluarga, dalam pertemanan, persahabatan, di perkumpulan, di paguyuban, di grup kekeluargaan, lingkungan kerja, lingkungan masyarakat, hingga kehidupan berbangsa dan bernegara, siapa pun orang yang saling berinteraksi dengan kualitas, maka masing-masing individu akan menjadi penilai diri sendiri sekaligus penilai orang lain.
Sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), interaksi adalah hal saling melakukan aksi, berhubungan, mem-pengaruhi, antarhubungan. Sementara interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis antara orang perse-orangan dan orang perseorangan, antara perseorangan dan kelompok, dan antara kelompok dan kelompok. Dan, interaksi verbal, yaitu hubungan antara orang yang satu dan yang lain dengan menggunakan bahasa.
Melalui interaksi, interaksi sosial, dan interaksi verbal, artinya, kita akan tahu rapor kecerdasan otak dan kepribadian/mental/emosi teman/anggota yang lain. Sebaliknya, teman/anggota yang lain juga akan tahu rapor kecerdasan otak dan kepribadian/mental/emosi kita, karena sama-sama akan saling dapat membaca apakah kita sudah menjadi diri sendiri?
Apakah masing-masing akan menjadi individu yang selalu setia di saat suka atau pun duka, senang atau susah. Akan saling menjadi orang yang tahu diri, rendah hati, punya simpati-empati, peduli, tahu etika, tata krama, sopan-santun, dan tahu membalas budi?
Karenanya, demi menjaga kualitas diri dan kualitas kehidupan sosial di dalam keluarga, dalam pertemanan, persahabatan, di perkumpulan, di paguyuban, di grup kekeluargaan, lingkungan kerja, lingkungan masyarakat, hingga kehidupan berbangsa dan bernegara,Â
kita harus menjadi orang yang tegas dan punya sikap karena selalu menjaga dan mengembangkan kecerdasan otak dan kepribadian kita. Selalu diawasi dan dijaga sikap, perbuatan, dan perkataan kita oleh para teman/anggota yang sekaligus berfungsi menjadi penasihat kita.
Semisal, karena sudah saling berinteraksi, dalam sebuah grup kekeluargaan, baik ketua atau pun anggota grup tentu tahu kualitas diri masing-masing dalam hal kecerdasan otak dan kepribadian/mental/emosi. Ketua pun akan tahu orang yang selalu setia di saat suka atau pun duka, senang atau susah.
Ketua juga akan tahu siapa yang menjadi individu yang tahu diri, rendah hati, punya simpati-empati, peduli, tahu etika, tata krama, sopan-santun, dan tahu membalas budi. Sebab, interaksi sama dengan rapor. individu.
Maka, sebuah pertemanan/persahabatan/komunitas apa pun, lebih baik dihuni oleh sedikit anggota, tetapi BERKUALITAS. Dengan anggota sedikit dan berkualitas, terbukti banyak pertemanan/persahabatan/komunitas apa pun mampu bertahan lama.Â
Sebab dipenuhi oleh individu/anggota yang selalu setia di saat suka atau pun duka, senang atau susah. Akan saling menjadi orang yang tahu diri, rendah hati, punya simpati-empati, peduli, tahu etika, tata krama, sopan-santun, dan tahu membalas budi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H