Ketiga, orang cerdas akan bereaksi terhadap konflik dengan kebijakan. Lalu menjadi solutor dan penyelesai masalah. Bukan menambah masalah dan konflik.
Keempat, orang cerdas tidak mengabaikan kebutuhan dan perasaan orang lain. Mampu berempati dengan keadaan orang lain. Tidak mementingkan dirinya sendiri. Mampu melihat kebutuhan dan perasaan orang lain kerena kecerdasannya.
Kelima, orang cerdas tidak akan merasa lebih baik dari siapa pun. Cenderung mampu memotivasi atau menolong orang lain. Sebab, orang cerdas percaya diri akan kemampuan sendiri tanpa takut dikalahkan orang lain. Tidak perlu melakukan segala cara agar dirinya terlihat lebih baik dari orang lain. Mereka percaya orang lain dapat melihat siapa dirinya cukup dari sikap, perbuatan, dan tindakan yang cerdas.
Dari ciri-ciri tersebut, ayo cek-ricek apakah diri saya masih bodoh? Atau sudah cerdas? Yang pasti, kecerdasan dan kebodohan bukan hal yang bisa diaku-aku. Cerdas atau bodoh diri saya, orang lain dapat membaca dari sikap, perbuatan, dan tindakan saya, baik di lingkungan keluarga, lingkungan kerja, hingga lingkungan sosial masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H