Setiap pemain wajib berpikir Timnas mampu mencetak gol di setiap kesempatan yang ada, dengan menomorsatukan siapa pemain yang paling memungkinkan menceploskan bola ke gawang Yordania. Sebab, produktivitas gol juga sangat vital untuk perhitungan untuk penentuan lima runner-up terbaik agar lolos Babak Kualifikasi.
Bukan egois mau unjuk gigi dan menjadi pahlawan. Tetapi malah merugikan tim karena membuang kesempatan yang seharusnya bisa menjadi gol, bila bola diumpan ke rekan yang lebih memungkinkan.
Maaf, bila diturunkan oleh STy dalam laga nanti, khusus untuk Saddil, Irfan, Ricky, Arhan, jangan egois! Juga buat pemain yang lain. Cerdaslah bahwa Timnas butuh menang. Jadi, harus ada gol atau unggul selisih gol bila mau menang versus Yordania. Bila hanya mampu imbang, andai tak mampu mencipta gol, maka pemain belakang didukung pemain tengah dan depan wajib berjuang dengan cerdas agar lawan tak bikin gol.
Sebagai catatan untuk para pemain yang masih egois, coba simak!
Apakah saat Marck Klok menceploskan gol ke gawang Kuwait lewat titik putih, publik sepak bola nasional hingga dunia yang menyaksikan laga melupakan siapa pemain yang memberi keuntungan lahirnya pinalti untuk Timnas Indonesia? Apakah pemain lain yang memberikan umpan hingga Rachmat Irianto dilanggar di kotak pinalti oleh kiper Kuwait, juga tidak diingat oleh publik?
Berikutnya, saat Rachmat Irianto membuat gol kemengan Indonesia adalah hanya hasil upayanya? Sebelumnya ada kinerja Witan Sulaiman yang membuat bola terbentur lawan, dan memantul ke kaki Rachmat Irianto. Sebelum bola jatuh ke kaki Witan, siapa yang mengumpan ke kotak pinalti?
Bila bukan karena adanya kerjasama dan kerja kolektif, mustahil pasukan Shin Tae-yong (STy) akan mampu membukukan dua gol dan berhasil menekuk Timnas Kuwait di hadapan publik sendiri.
Jadi, kemenangan atas Kuwait tetap hasil dari kerja kolektif, bukan kerja egois. Kerja kolektif saat mampu mencipta dua gol. Kerja kolektif saat mampu mempertahankan keunggulan, meski Kuwait terus menggempur.
Untuk pemain yang masih egois, jangan membela teman yang egois. Berada dalam tim, adalah kesempatan untuk unjuk gigi bersama tim, bukan untuk kepentingan diri. Bila membela teman yang egois, karena ukurannya diri sendiri, maka wajib mawas diri.
Ingat, bila nanti kalah dari Yordania, kira-kira apa respon publik sepak bola nasional? Pasti sudah terbayang.
Untuk itu, berpikirlah menang karena kerja kolektif. Berpikirlah cetak sejarah lagi, taklukkan tim Timur Tengah yang ranking FIFAnya jauh di atas Indonesia. Berpikirlah lolos Babak Kualifikasi sebagai Juara Grup.