"Bangkit Bersama Membangun Peradaban Dunia." Itulah tema Peringatan Hari Lahir Pancasila (HLP) ke-6 yang hanya berjarak empat hari jelang digelarnya ajang Formula E di Ancol, Jakarta, Indonesia.
Sebagai rakyat jelata, sungguh saya sedih atas sikap TAK CERDAS stakeholder di negeri ini, terutama yang mengurusi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Kementerian Pariwisata dan Perekonomian Kreatif Indonesia.
Maka, artikel ini pun saya beri judul: Formula E: Bangkit Bersama Membangun Peradaban Bangsa ..." Bagaiamana membangun peradaban dunia, peradaban bangsa saja begini.
Secara obyektif, terlepas dari Formula E itu kerjaan Anies, atau kerjaan siapa pun. Karena persoalan sentimen dan politik dan yang lainya. Bagaimana pun, ajang Formula E membawa nama Bangsa dan Negara.
Secara obyektif, Formula E dengan sajian balap mobil bertenaga listrik, momentumnya sangat tepat bagi Indonesia untuk "Bangkit Bersama Membangun Peradaban Dunia."
Sewajibnya, sesuai Pancasila, gelaran Formula E yang membawa nama dan citra Bangsa dan Negara Indonesia di mata dunia, seharusnya dibuktikan dengan sikap mendukung sebagai wujud dari kata BANGKIT BERSAMA MEMBANGUN. Tidak dikotak-kotak oleh sentimen, politik, kepentingan pribadi, golongan, oligarki, dan sejenisnya. Tidak dikotak-kotak, Formula E itu di baliknya apa, siapa, mengapa, di mana, kapan, bagaimana?
Formula E yang mengusung PERADABAN DUNIA terkini, dengan menampilkan mobil balap bertenaga listrik, juga menjadi momentum yang SANGAT-SANGAT TEPAT, sesuai tema HLP ke-6.
Sayang, mengikuti berita sejak awal  Formula E digagas, diproses, hingga tinggal hitungan jam balapan akan digelar, dan Indonesia akan tercatat dalam sejarah sebagai negara yang turut serta mendukung PERADABAN DUNIA, berita-berita menghujat, meremehkan, merendahkan, sampai doa-doa yang tak baik dari pihak yang berseberangan politik dengan penggagas, halal-halal saja terus berseliweran.
Puncaknya, Formula E yang akan digelar Sabtu, 4 Juni 2022, di ANCOL, JAKARTA, INDONESIA, boleh saya sebut tak didukung oleh stakeholder terkait, stakeholder yang juga bikin SLOGAN TEMA HLP ke-6 "Bangkit Bersama Membangun Peradaban Dunia" yang faktanya memang hanya slogan.
Maaf, Pak Erick, Apa Bapak tidak malu dengan tema HLP ke-6 itu? Bapak malah bilang: "NO COMMENT" menyoal mengapa BUMN tak MEENDUKUNG Formula E? Sama seperti Si Sandiaga Uno, yang juga seperti ditelan air dari gelaran Formula E ini.
Siapa Erick Thohir? Menteri Badan Usaha Milik Negara? Negara itu siapa dan untuk siapa? Uang BUMN itu milik siapa? Apa milik partai yang sekarang ada di belakang Bapak? Itu milik negara Bapak! Apa akan ada Negara bila tak ada rakyat? Apa Bapak tidak malu dengan tema HLP ke-6 yang tidak signifikan aplikasinya dengan gelaran Formula E?
Ke mana Bapak Sandiaga Uno? Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, apakah ajang Formula E bukan dalam bidang Anda? Anda itu siapa?
Maaf, saya hanya rakyat jelata. Saya menulis hal ini, sebab saya sedih. Sikap Bapak-Bapak malah seperti mengkerdilkan diri sendiri. Seharusnya, terlepas dari masalah sentimen, politik, dan lainnya, Kedudukan Bapak berdua dalam pemerintahan itu untuk mengayomi dan melayani rakyat, tak terkecuali. Bukan patuh pada junjungan yang berkepentingan, dan hanya amanah melayani, mengayomi rakyat yang ada di gerbong politik kalian.
Sikap Bapak-Bapak yang sangat mengesankan tak MENDUKUNG Formula E, justru menjadikan rakyat tahu, siapa sebenarmya Bapak-Bapak ini. Hanya bersembunyi di bawah ketiak politik kepentingan, bukan untuk rakyat tak terkecuali, tak memilah dan tak membedakan, tak mengkotak-kotak.
Mendukung, tak harus jadi sponsor!
Mendukung itu, semisal tak menjadi sponsor, bisa dalam bentuk lain? Mendukung itu, arti sesuai KBBI, di antaranya adalah menyokong, membantu, menunjang.
Kira-kira, sesuai fungsi dan kedudukan Bapak-Bapak di Pemerintahan Negeri ini, dikaitkan dengan tema HLP ke-6 "Bangkit Bersama Membangun Peradaban Dunia" apakah yang sudah dilakukan Bapak berdua? Apa sudah menyokong? Sudah membantu? Sudah menunjang?
Maaf, media massa di negeri ini tak pernah tidur, lho? Kok, yang muncul, bentuk dukungannya malah NO COMMENT!
Atas kondisi ini, yakin, Bung Karno di sana sedih, sebab rumusan Pancasila yang lahir ilhamnya di bawah Pohon Sukun di Ende, dalam praktik kehidupan untuk rakyat Indonesia, justru hanya dimanipulasi untuk kepentingan-kepentingan kekuasaan, bukan kepentingan rakyat.
Malah, Bung Karno tentu akan malu, sebab Putrinya, sangat percaya diri, dan bilang: "Kalau saya sudah tidak ada, Bagaimana Negeri ini?" Lha, memang Negeri ini akan kenapa, Bu Mega?
Sekarang Bu Mega masih ada, lho. Lihat di negeri ini akan ada gelaran Formula E. Kok pihak Pemerintah yang seharusnya megayomi, melayani, melindungi, rakyat tak terkecuali, mengapa tak MENDUKUNG Formula E, yang dipikir MENDUKUNG itu hanya dalam bentuk sponsor (uang).
Bagaimana Bu Mega, kok bisa, Pemerintahan negeri ini, melalu stakeholdenya tak MENDUKUNG Formula E? Pemerintah itu, di isi oleh siapa Bu Mega?
Bu Mega masih ada. Bu Mega siapa di BPIP, tapi tema Peringatan HLP ke-6 hanya Slogan. Maaf.
Saat Ancol, Jakarta, Indonesia, menjadi perhatian dunia. Ada sekitar 170 negara menyiarkan ajang Formula E, tetapi miris, seharusnya ada papan sponsor perwakilan BUMN yang ikut bersaing dengan papan sponsor lokal dan global sehingga Perusahaan BUMN pun tersiar ke dunia luar.Â
Sejak awal, pun tak ada iklan yang dibikin oleh Kementerianya Pak Sandi, karena ini tentang A, bukan tentang B, meski tetap membawa nama Indonesia.
Semoga Formula E berjalan lancar dan sukses. Membawa nama baik Indonesia di mata dunia dan peradaban dunia, meski ada yang tak mendukung. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H