Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ladeni Malaysia U-23, Ayo Bertanggungjawab Garuda Muda, Tetap Sportif dan Junjung Sportivitas

22 Mei 2022   12:37 Diperbarui: 22 Mei 2022   12:41 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW


Orang yang sportif dan menjunjung sportivitas, adalah orang yang cerdas intelegensi, cerdas personality, cerdas mengelola emosi, mampu menganalisis salah dan benar, dapat memecahkan masalah, kreatif-imajinatif menemukan solusi, hingga ciptakan inovasi.

(Supartono JW.22052022)

Kritik, masukan, saran, catatan dan sejenisnya sudah dilayangkan oleh berbagai pihak di Indonesia, atas kegagalan Timnas Indonesia U-23 dalam wujudkan mimpi meraih medali Emas SEA Games 2021 Vietnam.

Bila diidentifikasi, penyebab kegagalan pun cukup banyak jumlahnya. Tetapi yang menjadi penting, dari semua catatan atas kegagalan itu, apakah stakeholder dan pihak yang bertanggungjawab akan rendah hati mengakui salah, kemudian memperbaiki masalah dengan mengurai secara komprehensif dan ilmiah? Bukan serampangan? Sehingga benang kusut sepak bola Indonesia, khususnya masalah Timnas dapat diurai.

Pemain bertanggungjawab

Kendati mimpi meraih emas telah gagal, publik sepak bola nasional pun tetap masih banyak yang menaruh harapan kepada para pemain agar dapat bertanggungjawab sebagai pemain yang telah dipilih masuk ke Timnas Indonesia U-23.

Sebab, andai para pemain cerdas TIPS, maka tak harus kalah oleh Vietnam di laga perdana fase Grup dan tak harus kalah oleh Thailand semi final.

Agar para pemain bercermin. Tengok atas  kekalahan 0-3 dari Vietnam. Ingat-ingat, bagaimana Vietnam mampu menceploskan 3 gol yang terbilang mudah ke gawang Indonesia di babak kedua. Ingat-ingat, di babak pertama, permainan imbang!

Ingat-ingat bagaimana Thailand menceploskan 1 gol di babak perpanjangan waktu pertama. Siapa yang gagal menjaga daerah, gagal mengontrol bola, dan gagal menjaga lawan!

Bila wasit curang, rasanya sudah biasa. Sebab, seharusnya Timnas dapat pinalti saat pemain belakang Thailand handsball  di kotak pinalti. Bila pemain Timnas cerdas TIPS, tentu lebih konsen membikin gol penyeimbang dari pada bikin adegan kampungan.

Namun, yang tak banyak disorot oleh publik adalah gagalnya Asnamwi Mangkualam tampil di babak semi final meladeni Thailand.  Peran Asnawi sangat vital karena sangat mumpuni dalam teknik dan speed, tapi Asnawi tak cerdas intelegensi dan personality. Dalam 2 laga sebelumnya, selalu dapat ganjaran kartu kuning, sehingga saat babak semi final, harus nganggur.

Jujur, tak ada bedanya antara Asnawi dan 3 pemain yang dapat kartu merah. Andai Asnawi cerdas. Sadar diri, tenaganya sangat dibutuhkan Shin Tae-yong di semua laga, saat dia sudah dapat 1 kartu kuning, harusnya awas dan hati-hati agar tak dapat kartu kuning kedua. Tapi apa yang terjadi. Asnawi enteng saja bikin pelanggaran yang harganya sama dengan kartu kuning.

Andai Asnawi bertanggungjawab dan berpikir cerdas, maka dia tentu akan dapat bermain di semi final. Dan, belum tentu Thailand dapat menahan Indonesia sampai babak perpanjangan waktu.

Dari catatan  siapa-siapa yang tak cerdas itu, dalam menghadapi Timnas Malaysia U-23 dalam perebutan medali perunggu di
Stadion My Dinh, Hanoi, Vietnam, Minggu sore, 22 Mei 2022 pukul 16.00 WIB, maka semua pemain yang tersisa, WAJIB MEMAKSAKAN DIRINYA CERDAS!

Tak perlu berpikir head to head dalam SEA Games dan catatan-catatan lainnya. Dengan pemain yang tersisa, siapa pun yang diberikan kepercayaan turun lebih awal dan berikutnya, tunjukkan kecerdasan otak kalian secara konsisten sepanjang laga. Sehingga mampu  mengontrol emosi serta mengontrol diri dalam kualitas teknik dan speed sebagai pemain terpilih.

Bila faktanya, dalam laga, permainan kalian lebih unggul dari Malaysia dan mampu menang gol, tetaplah rendah hati tak jemawa. Bila faktanya, mampu menang permainan, tetapi kalah dalam gol atau kalah permainan, pun kalah gol, tetaplah berjiwa ksatria dan menjunjung sportivitas.

Ingat, sportivitas adalah sikap adil (jujur) terhadap lawan; sikap bersedia mengakui keunggulan (kekuatan, kebenaran) lawan atau kekalahan (kelemahan, kesalahan) sendiri.

Jangan terpengaruh dan terganggu dengan sikap dan tuntutan netizen/warganet/publik sepak bola Indonesia yang menuntut tak boleh kalah dari Malaysia karena sebagai musuh bebuyutan. Tetapi bersikap dan berjuanglah secara realistis.

Tak harus malu bila kompetensi kalian (TIPS) memang kalah dari Malaysia. Lalu hasil laga juga kalah. Tapi, kalian wajib malu, bila tak mampu menampilkan permainan terbaik dengan TIPS yang cerdas. Apalagi bila sampai kalah tetapi bersikap tak sportif.

Orang yang sportif:  jujur, jantan, bersedia mengakui keunggulan lawan, tegas, gagah. Orang yang menjunjung sportivitas: bersikap adil, jujur terhadap lawan, mengakui keunggulan lawan.

Karenanya, orang yang sportif dan menjunjung sportivitas, adalah orang yang cerdas intelegensi, cerdas personality, cerdas mengelola emosi, mampu menganalisis salah dan benar, dapat memecahkan masalah, kreatif-imajinatif menemukan solusi, hingga ciptakan inovasi.

Ayo pasukan Garuda Muda, ladeni Malaysia U-23 dengan sportif dan junjung sportivitas. Menanglah dengan sportif dan sportivitas. Aamiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun