Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terpisah Jarak dan Waktu, Saya Tetap Japri Ucapkan Idul Fitri dan Mohon Maaf Lahir Bathin?

5 Mei 2022   00:10 Diperbarui: 5 Mei 2022   00:31 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Namun, bagi orang yang secara ekonomi kurang mampu atau tak mampu, meski keluarga, ayah-ibu, adik-kakak masih lengkap, saudara masih lengkap, sanak famili masih lengkap, tapi ekonomi tak mendukung, maka tak mudik adalah pilihan yang bijak dan tak memaksakan diri.

Selain silaturhami dengan keluarga, saudara, sanak famili tatap muka dengan mudik, silaturahmi juga biasa diselenggarakan di instansi (kantor/tempat kerja), institusi (sekolah, akademi, kuliah), perkumpulan, grup, reuni dll.

Kira-kira, saya, kita, termasuk golongan orang-orang yang manakah dari identifikasi tersebut? Terlepas saya atau kita termasuk golongan orang yang mana, kondisi tersebut pun kini ditambah oleh kemajuan peradaban, dengan hadirnya media sosial (medsos).

Hadirnya medsos, setelah sms atau telepon dan temannya, semakin dapat dijadikan alasan untuk sesorang tak mudik, meski mampu secara ekonomi, masih ada keluarga, saudara, sanak famili dan lainnya di kampung halaman.

Medsos, terutama WhatsApp (wa), pun berubah menjadi makcombalang. Bila makna makcomblang yang asli adalah perantara pencari jodoh, perantara yang menghubungkan atau mempertemukan calon suami istri, kini wa jadi perantara untuk komunikasi jarak dekat mau pun jauh antara seseorang dengan sesorang mau pun grup wa.

Sejak hadirnya wa, sejatinya manusia sangat dimudahkan untuk berkomunikasi hingga bersulaturahmi. Oleh sebab itu, orang-orang yang terpisah oleh jarak dan waktu, silaturahmi memberi dan meminta maaf via medsos secara umum apalagi melalui japri, maka itulah bukti mereka masih mengakui kita sebagai keluarga, saudara, famili, teman, sahabat, dan lainnya, dengan catatan ada yang ikhlas dari hati, ada yang sekadar untuk basa-basi, ada yang sebagai intrik-taktik baik untuk kepentingan tertentu, hingga untuk kepentingan politik.

Kira-kira, saya dan kamu, silaturahmi via medsos, japri, mengucapkan Idul Fitri, memberi maaf dan meminta maaf, ikhlas atau sekadar skenario?

Lalu, bila saya atau kamu, sudah tak silaturahmi tatap muka berjabat tangan, pun tak silaturahmi via medsos dan japri ucapkan Idul Fitri, mohon maaf lahir bathin, saya atau kamu, sedang ada apa? Sedang kena apa? Yuk, tanya pada diri kita masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun