Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Menghindari Memaksakan Diri

10 April 2022   01:42 Diperbarui: 10 April 2022   01:53 976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Hal yang bukan memaksakan diri itu adalah melakukan sesuatu karena alasannya tepat, tujuannya jelas, visi-misi sesuai, langkahnya benar, pertimbangannya matang, mengukur diri, tahu diri, punya empati-simpati, dukungannya sesuai, kemampuannya kompeten, dan rendah hati berpondasi cerdas intelegensi, personality, dan analisis.

(Supartono JW.10042022)

Apakah saya orang yang suka memaksakan diri bila ingin melakukan sesuatu atau ingin punya sesuatu dan lainnya?

Ibadah Ramadhan fase 10 hari pertama (rahmat, berkah), belum berakhir, tetapi di berbagai ruang publik, sudah mulai terdengar tentang persiapan mudik Idul Fitri 1443 Hijriah.

Banyak masyarakat,  tahun ini tetap akan memaksakan mudik, meski secara persiapan finansial, tak siap. Alasannya kebanyakan karena sejak hadirnya pandemi, terpaksa mudik pun tak dapat terlaksana karena adanya larangan dari pemerintah.

Kini, seiring pandemi corona mereda, pemerintah membebaskan masyarakat untuk mudik, meski tetap ada aturan yang wajib dipatuhi, bila mau mudik.

Nampaknya, meski tetap ada aturan protokol kesehatan dan banyak masyarakat yang tak siap secara finansial untuk ongkos dan biaya mudik, dapat dipastikan, akan banyak rakyat yang tetap memaksakan diri mudik. Walau bagaimana pun caranya. Terpenting sampai kampung halaman. Bertemu sanak saudara dan handai taulan. Apalagi bagi masyarakat yang masih memiliki orang tua di kampung. Maka, mudik menjadi harga mati. Tak dapat ditawar.

Mengapa kini mulai jalan-jalan kampung, jalan raya, di berbagai wilayah Indonesia sering macet? Jawabnya jelas. Jalannya tidak ditambah atau tak dilebarkan,  tapi kendaraan (motor, mobil) terus bertambah. 

Dari kasus ini, salah satu penyebabnya adalah banyaknya masyarakat yang memaksakan diri untuk memiliki kendaraan, meski dengan cara utang/kredit. Karena penjual kendaraan juga mempermudah cara masyarakat utang/kredit kendaraan, meski secara finansial, sebenarnya mustahil memiliki kendaraan, sebab untuk makan saja susah. Sudah begitu, tak memikirkan punya garasi pribadi. Jangankan garasi, rumah pun tak punya.

Kasus-kasus memaksakan diri padahal tak memiliki kemampuan yang seharusnya, di berbagai lini kehidupan masyarakat Indonesia, setiap detik terus terjadi. 

Inilah salah satu ciri negara berkembang, yang katanya sudah bukan kategori berkembang lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun