Buntutnya mudah dibaca, rakyat yang masih tertekan karena penderitaan dan ketidakadilan, ditambah tingkat pendidikan yang rendah atau hasil pendidikan yang gagal, maka skenario membantu rakyat dengan berbagai program, intrik, taktik, politik dengan sejuta dalih, membikin hati dan pikiran rakyat bertekuk lutut merasa ada hutang budi kepada pemerintah.
Hutang budi itu karena menerima bantuan dari pemerintah dengan berbagai model, padahal semua bantuan itu, modalnya dari uang rakyat juga. Uang upeti.
Lihatlah, Kepala Desa seluruh Indonesia sampai membikin ikrar mendukung Presiden menjabat 3 periode. Ikut-ikutan politisi yang partainya masih kurang dan  belum kebagian kursi dari pemimpin negeri.
Politik balas budi itu sederhana. Zaman penjajahan kolonial, rakyat Indonesia tetap dibikin bodoh, satu tujuan di antaranya agar penjajah terus dapat menguasai lahan jajahan.
Politik rezim sekarang pun, nampaknya mengadopsi zaman penjajahan kolonialisme. Rakyat dibikin menderita dan dibuat tertekan, lalu di saat yang direncanakan dan tepat ada program bantuan diluncurkan untuk rakyat miskin.
Rakyat pun merasa pemerintah memihak mereka. Rakyat lemah ilmu pun tergerus hati dan pikirannya, merasa bahwa pemerintah ternyata memihak rakyat.
Jadilah, wujud balasan dari hutang budi yang paling diharapkan oleh yang empunya taktik, intrik, politik adalah SUARA. Yah, SUARA Rakyat untuk mendapatkan KURSI di parlemen dan pemerintahan.
Contoh program mengambil hati rakyat
Semisal, dari pandemi Covid-19, ada vaksin gratis. Dari mana modal beli vaksin? Tapi gratisnya saat diberikan kepada rakyat, rakyat yang hidup tertekan pun merasa bahwa itu bantuan pemerintah, uang untuk beli vaksin, ya uang rakyat. Padahal, di dalam pandemi Covid-19, tak terhitung betapa banyaknya maling dan koruptor yang rakus, memanfaatkan keadaan dengan mengeruk keuntungan pribadi di tengah rakyat menderita.
Siapa yang menikmati lahan sangat basah, jualan alat test Covid-19? Siapa yang jadi korban?
Setelah itu, karena corona mulai reda, seiring dengan itu, jualan alat test mulai sepi, meski untungnya sudah luar biasa, maka si pemodal pun cari peluang lain. Peluang itu pun menyasar pada hajat hidup orang banyak.