Sadarkah, bahwa saat ini, di negeri ini, kita terus menjadi saksi, menjadi penonton sekaligus korban dari perbuatan orang-orang yang superiority complex dan cuma merasa superiority complex. Hingga terkadang, kita jadi ikut-ikutan menyadang gelar orang yang merasa superiority complex.
Superiority complex jadi pandemi
Sampai-sampai di lingkungan terkecil sebuah keluarga saja, seorang istri terus muncul menjadi si superior. Seorang anak pun menjadi si superior. Di jalanan, para preman menjadi superior tak beda dengan para pelajar dan massa yang suka tawuran.
Semua ini akibat dari keteladanan dan tontonan tak berkesudahan di berbagai lini kehidupan yang terus memanggungkan keangkuhan si superior. Padahal, si superior itu adalah orang yang hanya memanfaatkan kedudukan, memanfaatkan situasi, kesempatan, tetapi dasarnya banyak si superior yang sebenarnya tak memiliki kecerdasan intelegensi dan personaliti mumpuni, tak kompeten, tak mumpuni dalam bidangnya mau pun hal-hal yang selama ini diagungkan dan dibangggakan. Hanya untuk sok-sok-an, gaya-gaya-an, aji mumpung, menjilat, dan lain sebagainya.
Luar biasa, tanpa disadari, si superior ini terus merajalela beranak-pinak. Lebih berpandemi dari virus corona.
Malah baru-baru ini, juga ada.yang sampai marah karena apa yang sudah menjadi keinginannya ada.yang menentang dan tidak setuju. Begitukah sikap superiority yang benar?
Apa itu superiority complex?
Harus disadari, dipahami dengan CERDAS! Superiority complex adalah perilaku yang menunjukkan seseorang percaya bahwa dirinya lebih unggul dari orang lain. Faktanya, banyak orang yang hanya merasa sebagai si superiority complex.
Karenanya, kita dapat melihat dalam kehidupan nyata dan dunia maya, orang dengan kondisi ini selalu tampil dengan pendapat berlebihan tentang diri mereka sendiri. Mereka mungkin percaya bahwa kemampuan dan pencapaian mereka melebihi orang lain. Meski mereka juga sadar, dengan berperilaku sok merasa Superiority complex, sebenarnya hanya kamuflase untuk menyembunyikan harga diri rendahnya atau rasa rendah diri.
Dari berbagai literasi, saya simpulkan bahwa orang yang bersikap superiority complex, sejatinya bagian dari mekanisme pertahanan untuk rasa ketidakmampuan akan suatu hal yang sedang diperjuangkan. Akibatnya, orang dengan gaya superiority complex, seringkali memiliki sikap sombong terhadap orang-orang di sekitar mereka demi untuk menutupi perasaan gagal atau kekurangan yang mereka miliki.
Untuk mengidentifikasi apakah saya sudah terjangkit sok merasa superior atau sebaliknya, saya memang benar orang yang superior, coba lihat identifikasi.