Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sandiwara Negeri Penuh Superiority Complex

4 Maret 2022   11:18 Diperbarui: 4 Maret 2022   11:26 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah saya orang yang suka melebih-lebihkan pencapaian prestasi misalnya? Apakah saya sulit untuk mengakui kesalahan yang saya perbuat? Suka menentang pendapat orang lain? Marah ketika ada yang menentang?

Apakah saya selalu meninggikan diri di setiap hal? Menonjolkan diri?

Apakah saya orang yang mampu mengantisipasi bagaimana bertindak mengetasi masalah, tapi sembunyi di balik kekuatan orang lain agar tetap dianggap lebih unggul?

Apakah saya adalah orang yang mengangap bahwa orang lain berada di bawah mereka tanpa fakta dan bukti yang nyata?

Lalu, memaksakan bahwa segala sesuatu harus.di bawah kendali saya? Beeikutnya langganan tersinggung bila apa yang dicitakan, diharapkan mendapat respon dan umpan balik yang negatif.

Yang pasti, dari berbagai literasi, ciri yang demikian adalah bagian dari rasa superiority complex yang terus tumbuh subur dan berkembang akibat, semisal dari karena pengaruh pola asuh atau lingkungan.

Dongeng negeri superiority complex

Bila yang kini sedang menjadi penguasa negeri ini, yang katanya dapat amanah dari rakyat, terus bertindak dan berbuat sesuka hatinya karena punya hak perogratif. Akibatnya di masa sulit pandemi, hidup rakyat jelata Indonesia yang terus merasakan ketidakadilan dan penderitaan di negerinya sendiri, justru semakin ditekan oleh kebijakan dan peraturan yang tambah membebani dan berat.

Kini, bak pementasan drama atau film atau sinteron atau FTV,  rakyat jelata Indonesia terus hanya menjadi bagian peran krodit yang turut meramaikan sesuai kebutuhan naskah bak di negeri dongeng. Tetapi dalam kehidupan nyata, di Indonesia, rakyat justru terus menjadi pemeran utama yang dimanfaatkan namanya, diperas dan wajib bayar upeti.

Saat rakyat berteriak menuntut hak keadilan hingga protes dan demo, tak digubris. Malah dibenturkan dengan sesama rakyat yang berseragam, ada yang ditekan, diancam-ancam dengan berbagai dalih.

Inilah negeri yang sepertinya akan terus menjadi derita bagi rakyat, tapi menjadi dongeng kemewahan yang nyata bagi para pemimpinya yang hanya mementingkan diri, keluarga, kelompok, golongan, partai, dan kepentingan-kepentingannya dengan selalu mengatasnamakan rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun