Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berbuat Baik dan Jahat, Mana Lebih Sulit?

3 Februari 2022   13:47 Diperbarui: 3 Februari 2022   14:13 2181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW


Perbuatan jahat lahir dari pikiran dan hati yang tak Ikhlas. (Supartono JW.03022022)

Sifat dan sikap egois, individulis, dan mementingkan diri sendiri, adalah tiga faktor yang menyumbang andil kegagalan dan kerugian diri, keluarga, tim, dll. Faktanya, sering terjadi. Di saat orang-orang barsatu padu berjuang agar diri, keluarga, dan tim terhindar dari kegagalan dan kerugian, si egois, individualis, malah berenang-senang untuk kepentingan dirinya.

Ingat-ingat lagi! Nurani itu berkenaan sifat cahaya (sinar dan sebagainya), perasaan hati, dan lubuk hati.

Baik adalah patut, teratur (apik, rapi, tidak ada celanya, dan sebagainya), mujur, beruntung (tentang nasib), berguna, tidak jahat (tentang kelakuan, budi pekerti, keturunan, dan sebagainya), jujur, sembuh, pulih, selamat (tidak kurang suatu apa), selayaknya, sepatutnya.

Orang yanga baik-baik, maka tidak jahat, terhormat (tentang kelakuan, budi pekerti, keturunan, dan sebagainya), jujur, hati-hati, sungguh-sungguh dalam setiap langkah dan perbuatan (tidak mempermainkan).

Sementara, jahat adalah sangat jelek, buruk kelakuan, tabiat, dan perbuatan.

Sesuai definisi tersebut, perbuatan manakah yang selama ini sesuai hati nurani saya? Perbuatan baik, baik-baik, atau perbuatan jahat? Apakah saya orang yang egois, individualis, dan suka mementingkan diri sendiri?

Cerdas otak dan emosi

Akibat perkara kecerdasan dan ketidakcerdasan intelegensi (otak) dan personaliti (mental/emosi/perasaan), dampaknya tidak pernah main-main.

Contoh buruknya, orang dekat seringkali lebih tega berbuat jahat daripada orang lain. Bahkan demi egonya, tanpa berpikir simpati, empati, tahu diri, apalagi balas budi karena sudah diberikan banyak kebaikan, demi kepentingannya sendiri, tetap nekat dan memaksa berbuat jahat, bersenang-senang.

Sementara orang-orang di dekatnya dan kekeluargaannya sedang berjuang untuk tidak gagal dan mendera kerigian. Sebab, perilaku jahatnya, pasti menciderai hati nurani orang-orang yang sudah berbagi kebaikan  kepadanya dan perbuatan jahatnya pun berisiko mendampak kerugian moril, materil dan lainnya.

Dan itu, dapat dilakukan oleh golongan orang yang cerdas atau tak cerdas otak dan mental/emosi/perasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun