Namun, sebagai manusia yang dikaruniai kecerdasan intelegensi dan personaliti, maka sudah pada tempatnya bila saya, kita, jangan sampai terjerumus memiliki sikap dan budaya meremehkan.
Bila saya melakukan sikap meremehkan, yang ada, tak dapat disangkal, ada dampak ketenangan batin terganggu, meski orang lain tak melihat isi hati saya, kita.
Pasalnya, meremehkan dalam hal apa pun, pada saatnya, saya percaya akan ada karma menghampiri hidup kita. Ada balasan setimpal yang akan saya terima, yang datangnya bisa dari mana saja. Bukan dari hal atau orang yang saya remehkan.
Selain itu, bila saya terus terbudaya meremehkan hal atau orang lain, maka sejatinya dalam diri saya tak pernah tertanam tentang bagaimana menghargai sesuatu hal atau orang lain. Sebab, kita hanya sibuk dan sombong, tak pernah belajar kekurangan orang lain. Hingga dalam diri saya tak tertanam bagaimana cara menghargai orang lain.
Bila saya terbudaya meremehkan, maka sebenarnya, saya pun tak kuat dan tak cerdas dalam membaca dan analisis terhadap hal atau orang lain yang saya remehkan karena cepat menyimpulkan. Tanpa tahu kedalaman orang lain, yang bisa jadi jauh unggul dari diri saya di berbagai hal.
Wajib saya ingat. Manusia hidup tak bisa sendiri. Pasti membutuhkan hal lain dan bantuan orang lain. Dan, bisa jadi suatu saat saya akan butuh bantuan orang yang pernah saya remehkan. Apakah orang yang saya remehkan akan mau membantu saya?
Meremehkan juga tak beda dengan merasa superior. Maka dengan merasa superior, saya akan dengan mudah merendahkan orang lain. Tak menganggap orang lain. dan sejenisnya karena saya terlalu sibuk dengan diri sendiri yang merasa superior. Bukan keadaan nyata dan fakta memang superior, tetapi hanya merasa atau perasaan saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H