Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Menjadi Pencuit Berguna, Kurikulum 2022 Indonesia Mau Dibawa ke Mana?

29 Desember 2021   08:47 Diperbarui: 29 Desember 2021   09:38 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wahai pemimpin di negeri ini, jujur, hanya bermodal seluler di tangan saya, dari dini hari ketemu dini hari lagi, terus sepanjang minggu, bulan, tahun, khususnya sejak kepemimpinan Presiden Jokowi, tak perlu saya menjelajah negeri, demi memahami literasi apa yang teraktual sedang terjadi.

Mengikuti para pekerja dan para penghobi cuitan saja, minimal paham skenario apa yang sedang dirancang oleh pihak berkepentingan dan pihak rakyat jelata.

Mengapa ini tak dicuit?

Khusus untuk para pekerja pencuit, saya juga berkelakar, apakah para pencuit itu berada di balik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terselubung? Atau di balik Badan Usaha Milik Pemerintah (BUMP)? Atau hanya sekadar Badan Usaha Milik Pribadi (BUMP)? Atau Badan Usaha Mencari Kursi (BUMK)? Atau juga Badan Usaha Mengetes Simpatisan (BUMS)? atau Badan Usaha Milik Partai Politik (BUMPP)? Atau Badan Usaha Milik Pemodal-Cukong (BUMPC), dan lainnya? 

Wahai para pencuit, bila benar Anda-Anda orang-orang terpilih di Republik ini karena cerdas intelktual (otak) dan personaliti (mental, emosi, percaya diri, dll), mengapa Anda membiarkan diri dalam gelimang kemudaratan, menyakiti dan terus menyakiti hati orang lain. Pihak yang tak sepaham dan berseberangan dengan Anda?

Sadarkah cuitan kebencian dan permusuhan Anda sebenarnya, justru berbalik menyakiti diri Anda sendiri? Membunuh karakter diri Anda sendiri? Mempertunjukkan dan membuka aib betapa Anda jauh dari kata cerdas otak dan emosi dan keimanan?

Wahai para pencuit, rakyat Indonesia masih banyak yang kelaparan. Penderitaan terus menjadi bagian dari nafas hidupnya, terus miskin harta. Tetapi mereka tetap kaya hati. Tidak memberontak dan patuh hukum, meski terus didzalimi oleh pemimpin dari negeri sendiri yang lebih kejam dari penjajah kolonialisme.

Lihat barang-barang kebutuhan pokok naik. Pandemi corona malah menjadi pesta pora mendulang rupiah dengan mencekik rakyat dengan berbagai dalih kebijakan. Lihat, hanya dengan alasan yang dapat digugurkan, tapi iuran BPJS yang bak upeti di negara kerajaan, dibikin aturan sendiri tak melihat jeritan rakyat. Lihat masalah BBM! Lihat ada yang ingin menancapkan sejarah dalam Buku Besar Indonesia dengan Program Pindah Ibu Kota Indonesia. Lihat betapa pemerintahan dan parlemen terus menjadi pesta pora kepentingan. Politik dinasti, oligarki pun dijalankan dengan senyuman di saat rakyat terus menangis.

Lihat, negeri ini sudah sejauh mana digadaikan untuk utang? Tinggal menunggu saat menjadi milik negara lain?

Betapa rakusnya, di saat rakyat terus terpuruk, politik baliho pun digelontorkan dengan semua dalih yang ada justifikasinya, pembenarannya. Sebab, mereka tidak pernah salah.

Kurikulum 2022, Indonesia mau dibawa ke mana?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun