Gagalnya Garuda membungkam The Lion, jelas bahwa strategi STy sudah terbaca oleh Singapura. Para pemain pun minim kreativitas dan inovasi. Plus ada yang egois.Â
Sudah begitu, STy juga menurunkan pemain depan yang timpang. Bahkan pemain depan yang turun sebagai pemain pengganti, pun ditarik ke luar di ganti pemain lain. Ini jelas karena kualitas pemain bersangkutan tak cocok dengan strateginya.
Justru Singapura, strateginya berhasil meredam agresifitas anak-anak Garuda. Ironisnya, anak-anak seperti tak paham dan malah ikut terbawa permainan Singapura yang menurunkan tempo dengan berbagai cara.
Anak-anak Garuda malah seperti tak menyadari strategi Singapura dan terus ikuti ritme Singapura, tak bermain dengan gaya sendiri. Ujungnya pemain belakang pun gregetan terpancing naik karena di depan tumpul, meninggalkan tanggungjawab sektor belakang yang jadi  rapuh.
Hasil imbang di leg 1, jelas hasil yang buruk. Dampaknya, leg 2 akan menjadi lebih berat bila strategi dan komposisi pemain timpang.
Belum meraih tropi, tapi anak-anak terlalu kekenyangan dipuji, jadi lupa diri. Budaya mentalitas euforia hanya bikin pikiran melayang terbang, lalu tak kembali memijak bumi. Kado manis kemenangan hadiah untuk Hari Ibu pun ikut melayang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI