Pemerintah wajib menyadari bahwa yang bisa membantu masalah sepak bola nasional memang harus Pemerintah, karena rakyat memang sudah dibikin lemah oleh statuta dan keberadaan voters yang bak pemilik kerajaan PSSI.Â
Rajanya para voters. Para voters inilah yang dijadikan tameng dan dikendalikan oleh wajah-wajah lama yang tak pernah mau lepas dari PSSI demi uang dan kepentingan pribadi, kelompok, golongan, dan politik dan terus bersembunyi di balik Atatuta PSSI yang mereka cipta sendiri, dan berlindung di balik Statuta FIFA.
Sepak bola nasional dibiayai oleh ratusan juta rakyat Indonesia, lho. Namun, Pemerintah dan rakyat tidak dapat menyentuh PSSI dan sepak bola nasional, karena sudah dibentengi oleh Statuta FIFA maupun PSSI, dengan kekuatan voters yang hanya peduli pada kepentingan mereka sendiri dan uang. Bukan kepentingan publik.
Lihatlah, dalam Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI terakhir, siapa voters itu? Ternyata jumlahnya hanya 86 voters yang terdiri dari 34 Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI, 18 klub Liga 1 2019, 22 klub Liga 2 2019, 10 klub Liga 3 2019, 1 Asosiasi Futsal, dan 1 Asosiasi Sepak Bola Wanita. Di mana keberadaan pemerintah dan publik sepak bola nasional?Â
Di seluruh dunia, sepak bola telah menjadi kebanggaan dan prestise untuk sebuah negara. Setiap federasi sepak bola  di negara lain terus berjibaku dan berjuang membikin timnas berprestasi dengan melakukan tindakan dan perbuatan komprehensif, terstruktur, dan terprogram.
Disentuh oleh individu yang kompeten dan profesional di bidangnya. Itulah sebabnya, di kawasan Asia Tenggara saja, siapa yang sepak bolanya tambah maju, siapa yang sepak bolanya terus terpuruk, ranking FIFA adalah jawaban nyata. Di mana posisi Indonesia?
Posisi Indonesia ada di bagian yang terus terpuruk. Karenanya, publik sudah sangat gerah. Publik berharap PSSI di-nol-kan alias dibekukan saja. Lalu bikin PSSI wajah baru. Bersihkan sepak bola nasional dari rezim lama sampai ke akar-akarnya. Jangan biarkanÂ
Ibarat menanam dan merawat pohon yang benar
Bila kita menanam pohon yang benar, maka langkahnya dapat dimulai dari menanam dari biji, stek batang, cangok, atau beli pohon jadi dari penjual tanaman.
Bila pembinaan dan regenerasi sepak bola nasional saya analogikan dengan empat cara menanam dan merawat pohon, maka cara menamam dengan biji adalah cara konvensional. Â Di sepak bola akar rumput sama dengan membina dan melatih anak-anak usia sejak dini dengan cara dan asupan yang benar, pun dididik oleh pelatih=guru yang berkompeten.
Sehingga dasar Teknik, Intelegensi, Personaliti, dan Speed (TIPS) anak-anak diolah, diasuh, dirawat, di evaluasi dengan cara yang benar sesuai teori dan praktik akademis.