Wahai insan sepak bola nasional, dari Pengurus PSSI, Asprov, Askot, Askab, pemilik klub, pelatih, pemain, para pegiat akar rumput, praktisi sepak bola baik yang duduk di balik meja maupun yang merumput di lapangan, ayo belajar dari cara dan keberanian mengkritik serta keberanian menjawab kritik dari 3 pelatih asing di sepak bola Indonesia.
Ikhwal pemanggilan pemain seleksi timnas U-18 oleh PSSI yang disodorkan atas nama PSSI dan siapa di baliknya, sebelumnya dianggap oleh publik sepak bola nasional sebagai pilihan Shin Tae-yong (STy).Â
Sebab, media massa nasional, entah siapa yang bikin skenario, memberitakan seolah pemanggilan seleksi pemain timnas U-18 tahap 1, 2, dan 3 adalah pilihan STy.
Namun, pemberitaan media massa yang tak sesuai kenyataan, terjawab sendiri. Dan, diberitakan pula oleh media massa lagi, karena ternyata STy tak puas dengan pemain seleksi timnas U-18 tahap 2 dan 3.Â
Artinya, pemamggilan pemain timnas tahap 1, 2, dan 3 bukanlah pilihan STy, tetapi memang benar pilihan atas nama PSSI, tetapi siapa yang ada dibaliknya pun dapat dibaca oleh publik.
Indonesia diam, Asing bicara
Lain pemanggilan pemain timnas U-18 yang bukan pilihan STy dan hanya sekadar seleksi dan memiriskan hati, karena Training Center (TC) jadi tempat seleksi karena ada yang rela buang-buang anggaran, maka pemanggilan pemain timnas senior, sepertinya memang andil STy sendiri.
Tanda-tanda bahwa pemanggilan pemain timnas senior adalah dari diri STy, bukan rekayasa maupun titipan atau ada kerja mafia di baliknya, terdeskripsi dari adanya komunikasi antara STy dengan 2 pelatih asing di Liga 1 yang mengkritik STy melalui media sosial dan dirilis pula oleh berbagai media massa.
Untuk para praktisi dari dan asal Indonesia, ke mana saja? Mengapa yang berani mengkritik STy hanya 2 pelatih asing?Â
Karenanya, untuk Indonesia, jangan hanya berharap sepak bola bangkit dan berprestasi, tapi tampillah seperti 2 pelatih asing Liga 1, dan tampillah seperti STy, yang berani menjawab kritik dengan tegas dan bertanggungjawab.
Bila sepak bola Indonesia mau maju, praktisi sepak bola juga wajib andil dalam suara kritis, bukan hanya menjadi aktor di lapangan rumput, malah ada yang gemar main kungfu.