Artinya, bila kelas standar diberlakukan, siapa yang akan diuntungkan dan siapa yang terus dibikin menderita? Di mana letak mata dan hati mereka? Kelas standar otomatis harga iuran kelas I turun, iuran kelas III naik, menjadi kisaran kelas II yang sekarang. Melihatkah mereka kepada rakyat jelata? Untuk makan sehari-hari saja susah  iuran kelas III akan naik dengan akal-akalan kelas standar.
Inilah yang pantas disebut tutup mata, hati, dan telinga. Tapi para pemujanya diam-diam saja. Mengapa yang tutup telinga dan mata hati dan diteriaki rakyat malah tak dinyinyiri? Apa karena mereka influenser dan buzzer yang dibayar oleh pihak yang tak  amanah, tapi digaji dari uang memeras rakyat juga.
Ayo, nyinyiri dong si penggemar tutup telinga dan mata hati, hanya membela kepentingan junjungannya, bukan amanah kepada rakyat. Tapi, butuh suara rakyat untuk duduk di singgasana kekuasaan. Lalu, pura-pura lupa, bagi-bagi kue kekuasaan, bagi-bagi dinasti politik, dan dengan ongkos juga dari uang rakyat.
Ingat, sampai sekarang mereka masih tutup mata hati dan telinga karena yang digugat rakyat tak ada satupun yang digubris, lho. Hanya, mereka tak memperlihatkan adegan tutup mata hati dan telinga secara kasat mata, tapi sesuai cara dewa-dewa, tak terlihat oleh mata. Bagaimana dengan yang tutup telinga saat jelang di vaksin? Tentu tutup kupingnya sudah selesai kan? Karena mereka tetap membuka mata dan hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H