Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Learning Loss dan Income Loss bagi Rakyat, Income Exses bagi Siapa?

14 September 2021   09:40 Diperbarui: 14 September 2021   10:29 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW


Akibat dari pandemi Covid-19, khususnya bagi bangsa dan rakyat Indonesia, mengemuka tentang kehilangan belajar (learning loss), kehilangan pendapatan (Income loss), dan Kelebihan pendapatan (Income exses).

Kontradiksi musibah dan berkah

Tiga hal tersebut rasanya menjadi orkestra yang kontradiktif di negeri ini. Pasalnya, bicara learning loss, sejatinya ini masalah klasik. Tanpa hadirnya corona saja, pendidikan di Indonesia terus tercecer. Yang ada justru hanya gonta-ganti menteri namun program baru yang diusung oleh setiap menteri  pendidikan tak pernah tuntas.dan sukses, bukan hanya karena keterbatasan waktu jabatan, tetapi juga karena ditunggangi oleh berbagai kepentingan.

Kini, menteri yang di dudukkan berlatar belakang jago teknologi digital saja, pendidikan jarak jauh (PJJ) atau daring atau online yang berbasis teknologi dan komunikasi tetap terpuruk. Malah, sang menteri sampai mengadu ke DPR karena ada kepala daerah yang tetap tak mau membuka sekolah tatap muka (PTM) di wilayahnya karena masih masifnya corona merajalela.

Seharusnya, dengan latar belakang sang menteri, meski pandemi corona dan kegiatan belajar mengajar (KBM) harus.dilakukan dengan PJJ atau daring, maka seharusnya tak ada cerita tentang lahirnya peristiwa learning loss. Ini kok malah tetap terjadi? Lucu, sih.

Bila akibat pandemi muncul pandemi lain yang sangat membikin masyarakat berteriak, dia adalah pandemi kehilangan pendapatan (income loss). Pandemi income loss justru bersaing dengan pandemi corona.

Corona terus masif menyebar akibat dari sikap dan kebijakan pemerintah yang awalnya tak tegas dan mencla-mencle, seiring dengan itu, akibat kebijakan yang tak tegas, berbagai jenis usaha gulung tikar, banyak perusahaan memPHK karyawan, banyak pelaku usaha kecil tutup gerai dan sejenisnya, efeknya, masyarakat pun diterpa income loss yang  kualitas dan kuantitasnya setara dengan penyebaran corona. Rakyat yang miskin semakin bertambah miskin. Rakyat kelas menengah, bahkan yang kaya pun ikut terseret income loss buntut dari berbagai kebijakan pemerintah dalam menangani corona.

Terlebih kini pemerintah sudah konsisten menerapkan kebijakan yang berjudul PPKM dan diterapkan dengan strategi berjilid-jilid, rakyat yang tetap terpuruk dalam income loss pun semakin tak tertolong.

Mirisnya, tatkala di sektor pendidikan terjadi learning loss, lalu dalam bidang ekonomi dan sosial masyarakat tak terbendung pandemi income loss, nyatanya pandemi corona justru membawa berkah bagi beberapa pihak di negeri ini. Berkah itu adalah adanya  income exses atau surplus pendapatan.

Siapa yang mendapatkan surplus pendapatan atau keuntungan finansial akibat corona itu? Masyarakat pun tahu, siapa pihak yang mendapatkan keuntungan yang bisa sampai miliaran bahkan triliunan rupiah di tengah rakyat sangat terpuruk.

Tidak lain, mereka adalah pihak-pihak yang menjalankan bisnis terkait corona, yang tidak lain akses dan proses legalistasnya juga dari pemerintah.

Masyarakat tentu tak akan lupa, ketika publik ramai membincang harga test corona di India sangat murah. Tetapi respon yang tidak lama dan sepertinya tak ada diskusi dengan stakeholder terkait, Presiden dapat langsung memutuskan menurunkan harga test corona minimal dan maksimalnya berapa. Kok itu bisa dilakukan oleh Presiden?

Berarti selama ini, bisnis test corona yang dipadu dengan aturan PSBB hingga PPKM, memang dalam satu ikatan program dari pihak yang berkepentingan Maka, pantas saja mereka terus kelebihan pendapatan.

Bahkan, pandemi corona yang justru dijadikan lahan bisnis oleh stakeholder terkait dan pihak-pihak yang ada di balik layar, memang jangan-jangan berharap agar corona tetap melanda. Karenanya, berita tentang corona yang diupdate setiap hari pun tidak akurat, tidak obyektif sesuai fakta, tetapi penuh rekayasa.

Sedih, pendidikan learning loss, rakyat income loss, tapi ada pihak yang hanya ongkang-ongkang kaki menerbitkan kebijakan dan melaksanakan kebijakan penanganan corona, justru exses income, surplus income dengan mengeruk uang dari rakyat jelata yang terus terpuruk dan terus menderita.

Corona malah jadi berkah bagi mereka dijalan yang mudarat, jalan yang menyakiti rakyat. Rakyat menyadari akan adanya hal ini, tapi rakyat bisa apa? Di mana pemerintah dan parlemen yang harusnya amanah? Hidup di dunia hanya sementara. Tetapi karena sementara itu, malah untuk aji mumpung berbuat mudarat karena harta benda dan tahta. Luar biasa.

Pandemi corona yang musibah bagi rakyat jelata, sebaliknya justru jadi berkah bagi mereka yang menguasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun